SYARAT KUNCI MEMPELAJARI ILMU HIKMAH
Ilmu Hikmah adalah suci yang punya syarat-syarat tertentu. Tidak benar apabila ada yang mengatakan bahwa ilmu hikmah adalah tanpa pantangan atau tanpa syarat. Ilmu Hikmah bukan ilmu sembarangan dan tidak mungkin bisa dikuasai oleh orang-orang yang berniat jahat. Oleh karena itu, sebelum Anda mempelajari ilmu hikmah, syarat mempelajari ilmu hikmah yang saya jelaskan di bawah ini.
1. Beragama Islam
Karena Ilmu Hikmah adalah ilmu spiritual yang berkembang di kalangan umat islam, maka amalan-amalan Ilmu Hikmah hanya cocok untuk orang yang beragama Islam. Seseorang disebut beragama Islam adalah orang yang meyakini rukun iman dan rukun islam. Rukun iman termasuk adalah Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat-malaikat Allah, Iman kepada kitab-kitab Allah, Iman kepada rasul-rasul Allah, Iman kepada hari kiamat dan Iman kepada Qada dan Qadar. Sedangkan rukun islam adalah mengucapkan kalimat Syahadat dengan penuh keyakinan, menjalankan salat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, membayar zakat dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.Ilmu Hikmah hanyalah salah satu jalan spiritual. Sedangkan ilmu spiritual atau ilmu batin itu banyak jenisnya. Pada setiap agama atau setiap kebudayaan selalu ada ajaran spiritual. Meskipun bentuk dari ajaran spiritual bisa berbeda-beda (sesuai pengaruh agama dan kebudayaan), tapi inti ajarannya selalu sama, yaitu soal kebijaksanaan dan cara menyelesaikan problematika kehidupan dengan cara-cara spiritual.
2. Mendapat Restu Dari Guru
Anda bisa saja belajar ilmu hikmah dari berbagai buku yang beredar bebas di toko buku, atau dari artikel-artikel di internet yang tidak jelas siapa pembuatnya. Namun perlu diingat, bahwa belajar ilmu hikmah tidak sama seperti belajar ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah. Dalam ilmu hikmah diperlukan keberkahan agar amalan ilmu bermanfaat. Dan keberkahan itu bisa Anda dapatkan dari bimbingan seorang guru yang berpengalaman.
Oleh karena itu, dalam ilmu hikmah ada tradisi yang disebut ijazah atau baiat. Yang tujuannya adalah peresmian bahwa seorang murid mendapat restu dari seorang guru untuk mulai mengamalkan suatu ilmu hikmah. Proses ijazah ini bisa macam-macam caranya sesuai dengan kebijaksanaan guru masing-masing. Ijazah atau proses penurunan ilmu bisa secara langsung maupun jarak jauh.
Proses pengijazahan itu penting sebab di situ terletak keberkahan dari ilmu hikmah yang hendak kita amalkan. Banyak sudah contoh nyata dalam kehidupan, dimana orang belajar ilmu hikmah secara mandiri tanpa bimbingan guru, yang didapatkannya adalah kesia-siaan, bahkan malah ada yang tersesat krna mengikuti ajaran yang tidak benar.
3. Bersedia Mengikuti Ajaran Guru
Ketika Anda sudah memutuskan untuk belajar ilmu hikmah kepada seorang guru, maka ikutilah ajaran guru itu dengan penuh tawadhu. Dengan catatan, selama ajaran guru itu tidak bertentangan dengan syariat agama. Dalam belajar ilmu hikmah, ada ungkapan “samikna wa atokna” yang artinya kami mendengarkan dan kemudian kami menaati. Tidak wajar apabila dalam belajar ilmu hikmah ada perdebatan atau adu argumentasi.
Sadarilah bahwa ilmu hikmah adalah ilmu batin, berbeda dengan ilmu sains yang sesuai logika. Oleh karena itu, ajaran ilmu hikmah kadang sulit dipikir secara logis. Dalam belajar ilmu hikmah, dinilai tidak sopan apabila seorang murid bertanya macam-macam mengenai ajaran yang diberikan. Sikap murid ilmu hikmah yang baik adalah melakukan dengan sepenuh hati ajaran-ajaran guru dengan istiqomah.
4. Istiqomah Dalam Mengamalkan Ilmu Hikmah.
Istiqomah adalah melakukan suatu amalan secara kontinyu dengan disertai keimanan dan kesungguhan terhadap apa yang diamalkannya. Beberapa ulama ahli hikmah berpendapat bahwa "istiqomah lebih baik dari 1000 karomah". Hal ini karena Istiqomah adalah pohonnya, sedangkan karomah hanyalah salah satu buah daripada istiqomah.
Mengamalkan satu ilmu hikmah dengan istiqomah adalah lebih baik daripada punya banyak ilmu hikmah tapi tidak istiqomah, atau bahkan tidak pernah diamalkan sama sekali. Jangan kagum dengan orang yang seolah-olah mengerti banyak ilmu hikmah, namun dalam kesehariannya dia jarang duduk berdzikir untuk mengamalkan amalan ilmu hikmahnya. Namun kagumlah dengan orang yang tidak banyak bicara, namun punya amalan yang istiqomah walaupun hanya sedikit.
Tidak ada ilmu hikmah yang lebih hebat dari ilmu hikmah yang lainnya, bila tidak diamalkan dengan istiqomah. Jangan terlena untuk “mengoleksi” pengetahuan tentang ilmu hikmah, karena ilmu hikmah bukan sekedar pengetahuan. Ilmu Hikmah adalah pengetahuan yang disertai amal perbuatan yang nyata. Dan amal yang terbaik adalah amal yang istiqomah.Jangan pula mudah untuk berganti-ganti amalan hanya karena Anda merasa suatu amalan ilmu hikmah tidak bermanfaat bagi Anda. Karena kadang, Allah menguji kesabaran Anda sebelum memberikan keberkahan yang besar. Insya Allah, apabila Anda bersedia istiqomah dengan amalan ilmu hikmah yang Anda tekuni, akan banyak manfaat yang bisa Anda petik.
5. Menjaga Diri Dari Makan Yang Haram
Seseorang yang ingin memiliki kekuatan batin yang bersumber dari energi ilahiah (ilmu hikmah) harus memperhatikan makanannya. Karena makanan yang haram akan mengotori hati nurani. Makanan yang haram akan membentuk jiwa yang kasar dan tidak religius. Makanan yang haram disini bukan hanya dilihat dari jenisnya saja, misal babi, miras, bangkai dan sebagainya, tapi juga dari cara untuk mendapatkan makanan tersebut.
Efek dari makanan yang haram ini menyebabkan jiwa sulit untuk diajak menyatu dengan hal-hal yang positif, seperti: dibuat zikir tidak khusuk, berdo'a tidak sungguh-sungguh, sulit istiqomah dan hati tidak tawakal kepada Allah.
Daging yang tumbuh dari makanan yang haram selalu menuntut untuk diberi makanan yang haram pula. Seseorang yang sudah terjebak dalam lingkaran ini sulit untuk melepaskannya, sehingga secara tidak langsung menjadikan hijab atau penghalang seseorang memperoleh getaran/ cahaya ilahiah.
Disebutkan, setitik makanan yang haram memberikan efek terhadap kejernihan hati. Ibarat setitik tinta yang jatuh diatas kertas putih, semakin banyak unsur makanan haram yang masuk, ibarat kertas putih yang banyak ternoda tinta. Sedikit demi sedikit akan hitamlah semuanya.
Hati yang gelap menutupi hati nurani, menyebabkan tidak peka terhadap nilai-nilai kehidupan yang mulia. Seperti kaca yang kotor oleh debu-debu, sulitlah cahaya menembus nya. Tapi dengan zikir dan menjaga makanan haram, hati menjadi bersih bercahaya.
Begitu halnya jika Anda menghendaki dijaga para malaikat Allah, jangan kotori diri Anda dengan darah dan daging yang tumbuh dari makanan yang haram. Inilah mengapa para ahli Ilmu batin sering menyarankan seorang calon siswa yang ingin suatu ilmu agar memulai suatu pelajaran dengan laku batin seperti puasa.
Konon, puasa itu bertujuan menyucikan darah dan daging yang timbul dari makanan yang haram. Dengan kondisi badan yang bersih, diharapkan ilmu batin lebih mampu bersenyawa dengan jiwa dan raga. Bahkan ada suatu keyakinan bahwa puasa tidak terkait dengan suatu ilmu. Fungsinya puasa hanya untuk mempersiapkan tubuh agar bersih dan siap menerima ilmu yang sedang dijalani.
Semoga bermanfaat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar