Kamis, 10 Oktober 2019

Kang arya dan muslim

Anu saha Nga'Agungkeun dat Alloh, 
Alif Allah ingkang ngadeg satengahing Jagat, dat lat, dat les
Dat langgeng sifat Alloh, 
Ngandika nu gaduh asma Alloh
Tetep iman sareng islam kersaning Alloh,ta'ala..

Ya allah datuhu sifatuhu af'aluhu tuhibbuhu lillahi ya huduunalillah
Allahu hadir
Allahu jadir
Allahu makdur
Allahu qori'u
Allahu waqro'u
Lillahi ya huduunalillah. . . .

Ingat ke allah

Sesungguhnya tokoh terbesar yang bisa menjadi panutan seorang muslim dalam menggapai ridha Allah dalam kehidupannya adalah sang Teladan, Rasulullah. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada  (diri) Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu, yaitu orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak berdzikir kepada Allah.” (QS. Al Ahzab: 21).


Ibnu Qayyim berkata, “Rasulullah SAW senantiasa berdzikir kepada Allah SWT. Nafasnya, perkataannya dan segala perilakunya adalah dzikir kepada Allah SWT.”


Beliau berdzikir kepada Allah di saat berdiri, duduk, maupun rebahan. Beliau tidak pernah bergerak melainkan berdzikir kepada Allah. Dan beliau juga tidak pernah diam melainkan berdzikir kepada-Nya. Jika berkhutbah, beliau menyebut Allah. Dan jika berbicara, beliau juga menyebut Allah.


Dengan demikian, beliau telah melaksanakan perintah Allah dalam firman-Nya, yang artinya, “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut (khifah), dan tidak dengan mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.”(QS. Al A’raf: 205).


Perhatikanlah, Allah menggunakan kata khifah dalam konteks dzikir (QS. Hud: 70 dan Al A’raf: 205) dan kata khufyah dalam konteks doa, dalam firman-Nya, “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut (khufyah).” (QS. Al A’raf: 55).


Ibnu Taimiyyah berkata, “Allah menggunakan kata khifah (takut) dalam konteks dzikir dan kata khufyah (dengan suara pelan) dalam konteks doa karena: (1) Dzikir bisa membuat hati lega dan bahagia. Namun, bisa jadi dzikir menyebabkan seorang hamba menjadi lalai kepada Allah, maka Allah mengharuskannya takut kepada-Nya, dan (2) Doa merupakan nikmat yang agung yang dianugerahkan Allah. Karena itu, dikhawatirkan ada orang yang dengki terhadap orang yang memanjatkan doa. Maka, Allah pun memerintahkannya untuk berdoa kepada Allah dengan suara lirih.”


Allah telah berfirman, “Maka berdzikirlah kepada-Ku, niscaya Aku akan menyebutmu.” (QS. Al Baqarah: 152).


Ayat ini sesuai dengan hadits shahih yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT telah berfirman, “Barangsiapa mengingat-Ku dalam hatinya, maka Aku akan mengingatinya di sisi-Ku. Dan barangsiapa mengingat-Ku di dalam sekelompok orang, maka Aku akan mengingatnya dalam sekelompok makhluk yang lebih mulia daripada mereka.”  (HR. Bukhari (7405) dan Muslim (2675).

Dalam hadits  Qudsi yang lain diriwayatkan bahwa Allah SWT berfirman, “Aku adalah teman orang yang berdzikir kepada-Ku.

Salah seorang ulama salaf pernah berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui kapan Allah mengingatiku.”

Orang-orang bertanya kepadanya, “Kapankah itu?”

“Yaitu apabila aku berdzikir kepada-Nya. Bukankah Dia SWT telah berfirman, “Maka ingatlah Aku, niscaya Aku pun mengingatmu.” (QS. Al Baqarah: 152).

Allah SWT juga berfirman dalam ayat lain, “Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah, hati-hati bisa menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28).

Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dzikir dalam ayat ini adalah Al Qur’an. Pendapat lain mengatakan bahwa maksudnya adalah dzikir secara umum. Dan pendapat kedua inilah -Insya Allah- yang benar karena dengan dzikir, hati bisa menjadi tenang dari ketakutan, kegelisahan, keresahan dan kegalauan. Dan hati tidak akan bisa tenang melainkan hanya pada saat ingat kepada Allah yang Mahahidup.

Allah SWT berfirman, “…. dan orang-orang yang berdzikir kepada Allah baik laki-laki maupun perempuan, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Ahzab: 35).

Ibnu Shalah berkata, “Barangsiapa senantiasa berdzikir kepada Allah di kala pagi dan sore, setiap selesai shalat, dan pada setiap waktu, maka ia termasuk orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah.”

Ibnu Abbas r.a berkata, “Orang yang banyak berdzikir adalah orang yang senantiasa berdzikir di kala berdiri maupun duduk, saat di rumah maupun bepergian, dan di kala sehat maupun sakit.”

Adapun Ibnu Taimiyah, ia berpendapat bahwa orang yang banyak berdzikir adalah orang yang lisannya tiada pernah kering karena senantiasa menyebut nama Allah sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abdullah bin Busar. Abdullah bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, syariat-syariat Islam itu banyak sekali bagiku. Maka tunjukkanlah aku kepada suatu amalan yang bisa aku jadikan pegangan.” Rasulullah SAW menjawab, “Hendaklah lidahmu senantiasa basah karena menyebut Allah SWT.”

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran: 190 – 191).

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya berdzikir kepada Allah itu lebih besar (pahalanya).” (QS. Al Ankabut: 45).

Ibnu Taimiyyah berkata, bahwa kebanyakan ahli tafsir salah dalam memahami maksud dari ayat ini. Maksud dari ayat ini adalah bahwa shalat mempunyai dua manfaat. Pertama, shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan kedua, di dalam shalat terdapat bacaan dzikir kepada Allah. Ibnu Taimiyyah berkata, “Dan berdzikir kepada Allah di dalam shalat jauh lebih utama daripada shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”

Dalam shahih Bukhari yang diriwayatkan dari Abu Musa r.a bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Perumpamaan orang-orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak mau berdzikir adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.” (HR. Bukhari (6407)).

Dalam shahih Muslim yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW berkata kepada para sahabatnya, “Berjalanlah di malam hari. Ini adalah Jumdan (nama gunung) yang telah didahului oleh Mufridun.” Para sahabat bertanya, “Apakah Mufridun itu, wahai Rasul?” Nabi Muhammad SAW menjawab, “Yaitu orang-orang yang banyak ber dzikir kepada Allah, baik laki-laki maupun perempuan.” (HR. Muslim (2676) dan Ahmad (7091, 9077)).

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mengucapkan Subhanallah wa bi hamdihi seratus kali dalam sehari, maka dosa-dosanya telah terampuni sebagaimana buih di laut.” (HR. Bukhari (6405) dan Muslim (2691)).

Lihatlah betapa sedikit tenaga yang harus dikeluarkan sementara pahalanya begitu besar.

Wahai manusia, marilah kita perbanyak dzikir karena ia mempunyai banyak manfaat. Ibnul Qayyim telah menemukan sekitar delapan puluh manfaat dzikir. Beliau mengatakan, “Manfaatnya tidak terbatas. Di antara manfaat-manfaat itu adalah sebagai berikut,

  1. Untuk mengusir syetan
  2. Untuk menggapai ridho Allah
  3. Agar bisa menerima takdir Allah SWT
  4. Memberikan ketenangan jiwa
  5. Menghilangkan waktu kosong, kesedihan dan keresahan
  6. Untuk mengumpulkan kekuatan dan tenaga (rohani)
  7. Mendapatkan pahala
  8. Menghapuskan dosa
  9. Hati menjadi tenang, dan mantap kepada Allah SWT.

Maka, berdzikirlah kepada Allah baik ketika sedang berdiri, duduk, maupun rebahan, baik di rumah, di jalan, di kendaraan, maupun di kantor. 

Kegagalan dalam belajar ilmu

Bi'ismillah MENJAWAB PERTANYAAN PERIHAL KEGAGALAN DALAM BELAJAR ILMU GHOIB,HIKMAH,METAFISIKA DSB.

Ilmu Ghaib merupakan ilmu di luar nalar akal logika, walaupun dizaman modern dan tehnologi seperti sekarang, peminat dan pelaku ilmu ghaib masih sangat banyak sekali di bumi nusantara ini salah satunya saya sendiri hahaha
Karna menurut saya ma'rifat adalah sisi lain dari tasawuf,Bahkan sebagian orang mengatakan bahwa pelaku ilmu ghaib ini sebagai orang batu ketinggalan zaman. Walau demikian pelaku ilmu ghaib mendapatkan tempat tersendiri di hati para pelaku dalam menyikapi hal hal yang bersifat mistis ini.

Namun... pernahkan anda berfikir bahwa belajar ilmu ghaib tidak semudah yang dibayangkan. Belajar ilmu ghaib sama halnya belajar ilmu pengetahuan atau ilmu sains, butuh disiplin tinggi, kerja keras, totalitas dan konsekuen yang besar dalam menjalankan, yang membedakan hanyalah ilmu sains memiliki sekolah berjenjang dan diakui dengan adanya sertifikat atau ijazah sebagai pengakuan dirinya telah lulus dibidang ilmu alam atau ilmu sains lainnya.

Berbeda dengan ilmu ghaib atau ilmu supranatural, ilmu ini tidak memiliki ijazah terakhir, tidak membutuhkan seragam khusus ketika belajar dan hasil akhirnya tidak dinilai di bangku ujian. Walau demikian ilmu ghaib mendapat tempat tersendiri di hati pelakunya, salah satunya adalah ketenangan jiwa, modal awal berfikir positif menghadapi dunia yang semakin menggila ini.

Lalu apa penyebab seseorang itu berhasil atau bahkan gagal dalam menjalani laku ritual?

ada banyak penyebab yang membuat pelaku supranatural gagal maupun berhasil menjalani laku batin, diantaranya yaitu :

Penyebab kegagalan belajar ilmu ghaib :

Berfikir Negatif
Berfikir negatif (sebelum atau selama) belajar ilmu ghaib merupakan pangkal utama kegagalan belajar ilmu ini.

Satu contoh Anda ingin belajar ilmu ghaib kepada seseorang, namun anda ragu dengan orang tersebut apakah nantinya berhasil atau tidak, Anda mulai bertanya banyak hal kepada sang ahli, tetapi dalam batin Anda ragu apakah berhasil atau tidak, hingga Anda bertanya kepada sang ahli untuk meyakinkan hati Anda "Apakah ada garansi belajar PASTI berhasil".

Ya... kalimat sederhana "Apakah ada GARANSI belajar PASTI berhasil" tetapi memiliki efek yang luar biasa, efek apa itu? KEGAGALAN PASTI, mengapa demikian? sebab diawal Anda sudah berfikir negatif terhadap guru Anda sendiri dengan meragukan guru Anda sendiri, jika di awal Anda sudah ragu dengan guru, maka otomatis Anda akan ragu dengan diri sendiri, jika anda sendiri ragu dengan kemampuan diri sendiri maka otomatis Anda pasti GATOT alias gagal total dalam belajar ilmu ghaib.

Lalu bagaimana supaya bisa berhasil dalam belajar ilmu ghaib? langkah awal adalah "Berfikir Positif" jangan menilai wujud fisik seseorang tetapi nilailah dari ucapannya, dengan begitu anda menjadi seorang yang rendah diri dan mau mengikuti petunjuk arahan guru.

Tidak Sabaran
Tidak sabaran atau kurang sabar juga merupakan salah satu pokok awal kegagalan dalam belajar ilmu ghaib, tidak sedikit pelaku ilmu ghaib gagal dalam step ini. "Sabar" memang mudah di ucapkan tetapi sangat sulit dalam pelaksanaannya.

Contoh : Anda belajar ilmu terawangan (ini ilmu yang biasa paling di cari orang), status anda adalah "orang awam" atau orang yang "sebatas tau" tentang ghaib. Keinginan Anda sangat besar karena mendengar atau membaca artikel tentang kehebatan ilmu terawangan, sehingga anda memutuskan ingin menguasai ilmu terawangan.

Akhirnya belajarlah anda ke guru pilihan anda, sesuai petunjuk guru anda harus melakukan A B C D (saran sesuai petunjuk guru), setelah anda melakukan saran guru anda belum mendapatkan hasil dari ilmu terawangan, mulailah anda mengatakan hal hal negatif kepada guru anda seperti perkataan "guru bodoh, penipu, gateli dan sebagain nya

Ini menunjukkan tingkat emosional anda masih dipenuhi nafsu, tidak sabar dan grusa grusu (jawa : sembarangan main sruduk), anda belum memahami petunjuk guru dengan baik, tetapi anda sudah berfikir negatif terhadap guru anda. Jika sudah demikian patutlah anda gagal terus dalam belajar ilmu ghaib.

Ilmu terawangan itu adalah ilmu yang berhubungan dengan hati, selama hati anda dipenuhi nafsu, logika, tidak sabar dan berfikir negatif, Anda akan gagal dalam belajar ilmu ghaib.

Malas Mengamalkan Amalan atau Malas Berlatih
Ini sudah pasti sumber kegagalan, dimanapun kapanpun di benua apapun kalau malas itu akar kegagalan, sama halnya dengan dunia supranatural.

Nah... tiga itulah sumber utama kegagalan belajar ilmu ghaib, sebenarnya masih banyak penyebab kegagalan dalam belajar ilmu ghaib, tetapi pokok utama dedengkot kegagalan belajar ilmu ghaib adalah tiga diatas, Berfikir Negatif, Tidak Sabar dan Malas.

Tidak peduli belajar ilmu ghaib atau ilmu qalaam, jika ketiga hal diatas menempel di tubuh anda, jangan harap anda akan berhasil dalam belajar..!!!
Semoga bermanfaat.
#kang arya.

Jumat, 04 Oktober 2019

Kupas tuntas mengenai hukum wewangian

KUPAS TUNTAS MENGENAI HUKUM WEWANGIAN,MEMBAKAR DUPA,BUHUR DSB..
Bismillahi assalamu'alikum..wr wb.
Sering kali kita menjumpai pembakaran bukhur di tempat-tempat tertentu (misalnya makam para wali). Dan juga sering dijumpai pada acara-acara tertentu (seperti doa sedekah bumi) yang dilakukan secara islami dengan menggunakan bahasa Arab. Bagi sebagian warga bau aroma bukhur di identikan dengan pemanggilan roh, dan sebagian yang lain menganggapnya sebagai pengharum ruangan, dan ada pula yang merasa terganggu dengan bau kemenyan.

Bagaimanakah sebenarnya hukum menggunakan bukhur...?, Baik dalam kehidupan sosial bermasyarakat maupun dalam urusan beribadah..?.

Mengharumkan ruangan dengan membakar bukhur, dupa, mustiki, setinggi kayu gaharu yang mampu membawa ketenangan suasana adalah suatu hal yang baik. Karena hal ini itba’ dengan Rasulullaah SAW, beliau sendiri sangat menyukai wangi-wangian, baik minyak wangi, bunga-bungaan ataupun pembakaran dupa.

Hal ini turun temurun diwariskan oleh beliau kepada sahabat dan tabi’in. Dan menurut berita yang saya peroleh dari seorang teman yang pernah menjadi TKI di Arab Saudi, ternyata tradisi membakar Bukhur masih ada disana hingga zaman sekarang. Dan Hingga sekarang banyak sekali penjual minyak wangi dan juga kayu gaharu, serta dupa-dupaan di sekitar Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.

Beberapa hadits menerangkan tindakan sahabat yang menunjukkan kegemaran mereka terhadap wangi-wangian hal ini ditunjukkan dengan hadits:
اذا جمرتم الميت فأوتروا
"Apabila kamu mengukup mayyit, maka ganjilkanlah". (HR. Ibnu Hibban dan Al-Hakim)

Ad-dailami juga menerangkan :
جمروا كفن الميت
"Ukuplah olehmu kafan maayit".
Dan Ahmad juga meriwayatkan :
اذا اجمرتم الميت فاجمرواه ثلاثا
"Apabila kamu mengukup mayyit, maka ukuplah tiga kali".

Bahkan beberapa sahabat berwasiat agar kain kafan mereka diukup.
أوصى أبوسعيد وابن عمر وابن عباس رضي الله عنهم ان تجمر اكفنهم بالعود
Abu Said, Ibnu Umar dan Ibnu Abbas R.a. "Berwasiat agar kain-kain kafan mereka diukup dengan kayu gaharu".
Bahkan Rasulullah SAW pernah bersabda :
جنبوا مساجدكم صبيانكم وخصومتكم وحدودكم وشراءكم وبيعكم جمروها يوم جمعكم واجعلوا على ابوابها مطاهركم (رواه الطبرانى)
"Jauhkanlah masjid-masjid kamu dari anak-anak kamu, dari pertengkaran kamu, pendarahan kamu dan jual beli kamu. Ukuplah masjid-masjid itu pada hari perhimpunan kamu dan jadikanlah pada pintu-pintunya itu alat-alat bersuci". (HR. Al-Thabrani).

Hadits-hadits diatas sebenarnya menunjukkan betapa wangi-wangian adalah sesuatu yang telah mentradisi di zaman Rasulullaah SAW dan juga para sahabat. Hanya saja media wangi-wangian itu bergeser bersamaan dengan perkembangan zaman dan tekhnologi, sehingga saat ini kita merasa aneh dengan wangi bukhur dan dupa. Padahal keduanya merupakan pengharum ruangan andalan pada masanya.

Di satu sisi persinggungan dengan dunia pasar yang semakin bebas menyebabkan selera "wangi" jadi bergeser, yang harum dan yang wangi kini seolah hanya terdapat dalam parfum, bay fress dan fress room. Sedangkan bau "Bukhur" dan dupa malah diidentikkan dengan dunia klenik dan perdukunan.

Membakar dupa wangi ketika berdzikir, membaca Al-Qur'an, berada di majlis ilmu maka wangi-wangian (tathayyub) hukumNya sunnah berdasarkan kesukaan Nabi Muhammad SAW.

Pada sesuatu yang harum dan Nabi SAW senang dengan wewangian. Beliau Nabi SAW sering memakainya dan mendorong para sahabat untuk menggunnakanya. (Lihat dalam kitab Bulghat ath-Thullab halaman 53-54).

ﻣﺴﺌﻠﺔ ﺝ: ﺍﺧﺮﺍﻕ ﺍﻟﺒﺨﻮﺭ ﻋﻨﺪ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﻛﻘﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﻘﺮﺃﻥ ﻭﻣﺠﻠﺲ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻟﻪ ﺍﺻﻞ ﻓﻰ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﺍﻥ ﺍﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﺤﺐ ﺍﻟﺮﻳﺢ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﻭﻳﺤﺐ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﻭﻳﺴﺘﻌﻤﻠﻬﺎ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﺑﻠﻐﺔ ﺍﻟﻄﻼﺏ ﺹ ٥٣ - ٥٤
“Membakar dupa atau kemenyan ketika berdzikir pada Allah dan sebagainya seperti membaca Al-Qur'an atau di majlis-majlis ilmu, mempunyai dasar dalil dari al-Hadits yaitu dilihat dari sudut pandang bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad SAW menyukai bau wangi dan menyukai minyak wangi dan beliau pun sering memakainya.” (Bulghat ath-Thullab halaman 53-54).

ﻗﺎﻝ ﺑﻌﺾ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻭﻳﺴﺘﺤﺐ ﺃﻥ ﻳﺒﺨﺮ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻣﻦ ﺣﻴﻦ ﻳﻤﻮﺕ ﻻﻧﻪ ﺭﺑﻤﺎ ﻇﻬﺮ ﻣﻨﻪ ﺷﺊ ﻓﻴﻐﻠﺒﻪ ﺭﺍﺋﺤﺔ ﺍﻟﺒﺨﻮﺭ
Sahabat-sahabat kita (dari Imam Syafi’i) berkata: “Sesungguhnya disunnahkan membakar dupa di dekat mayyit karena terkadang ada sesuatu yang muncul maka bau kemenyan tersebut bisa mengalahkan/ menghalanginya.” (Al-Majmu' Syarh Muhadzdzab juz 5 halaman 160)

كان بن عمر إذا استجمر استجمر بالوة غير مطراة أو بكأفور يطرحه مع الألوة ثم قال هكذا كان يستجمررسول الله صلى الله عليه وسلم
"Apabila ibnu umar beristijmar (membakar dupa) maka beliau beristijmar dengan uluwah yang tidak ada campurannya, dan dengan kafur yang di campur dengan uluwah, kemudian beliau berkata: "Seperti inilah Rosululloh SAW, beristijmar". (HR. Nasa'i No seri hadits: 5152).

Imam Nawawi mensyarahi hadits ini sebagai berikut:
الاستجمار هنا استعمال الطيب والتبخر به وهو مأخوذ من المجمر وهو البخور وأما الألوة فقال الاصمعي وأبو عبيد وسائر أهل اللغة والغريب هي العود يتبخر به
"Yang di maksud dengan istijmar disini ialah memakai wewangian dan berbukhur "berdupa" dengannya. Lafadz istijmar itu di ambil dari kalimat Al majmar yang bermakna al bukhur "dupa" adapun Uluwah itu menurut Al ashmu'i dan abu ubaid dan seluruh pakar bahasa arab bermakna kayu dupa yang di buat dupa". (Syarh nawawi ala muslim: 15/10).

Di tambah pendapat Imam Nawawi pensyarah hadits ulung tentang hadits ini:
ويتاكد استحبابه للرجال يوم الجمعة والعيد وعند حضور مجامع المسلمين ومجالس ألذكر والعلم
"Dan sangat kuat kesunahan memakai wewangian (termsuk istijmar) bagi laki laki pada hari jumat dan hari raya, dan saat menghadiri perkumpulan kaum muslimin dan majlis dzikir juga majlis ilmu".(Syarah nawawi ala muslim: 15/10)

Dan membakar dupa saat majlis dzikir, atau majlis pengajian itu sudah di contohkan oleh imam malik RA, seperti yang di jelaskan dalam biografi imam malik yang di tulis di belakang kitab tanwirul hawalik syarah muwattho' malik imam suyuti. Juz 3 no 166
قال مطرف كان مالك إذا أتاه الناسخرجت اليهم الجارية فتقول لهم يقول لكم الشيخ تريدون الحديث أو المسائل؟ فإن قالوا المسائل خرج اليهم وافتاهم وان قالوا الحديث قال لهم اجلسوا ودخل مغتسله فاغتسل وتطيب ولبس ثيابا جددا وتعمم ووضع على رأسه الطويلة وتلقى له المنصة فيخرج اليهم وعليه الخشوع ويوضع عود فلا يزال يتبخر حتى يفرغ من حديث رسول الله صلى الله عليه وسلم
Mutrif berkata: "apabila orang orang mendatangi kediaman imam malik, maka mereka di sambut oleh pelayan wanita beliau yang masih kecil lalu berkata kepada mereka, "imam malik bertanya apakah anda semua mau bertanya tentang hadits atau masalah keagamaan..?.

Jika mereka berkata: "masalah keagamaan" maka, imam malik kemudian keluar kamar dan berfatwa, jika mereka berkata"hadits" maka beliau mempersilahkan mereka untuk duduk, kemudian beliau masuk kedalam kamar mandi, lalu mandi, dan memakai minyak wangi, kemudian memakai pakaian yang bagus, dan memakai sorban.

Dan di atas beliau memakai selendang panjang di atas kepalanya, kemudian di hadapan beliau diletakkan mimbar (dampar) dan setelah itu beliau keluar menemui mereka dengan khusyu lalu di bakarlah dupa hingga selesai dari menyampaikan hadits Rosululloh SAW".

مسئلة ج اخراق البخور عند ذكر الله و نحوه كقراءة القرأن و مجلس العلم له اصل فى السنةمن حيث ان النبى صلى الله عليه و سلم يحب الريح الطيب الحسن و يحب الطيب و يستعملها كثيرا بلغة الطلاب ص 54-53
“Membakar dupa atau kemenyan ketika berdzikir pada Allah dan sebagainya seperti membaca Al-Qur’an atau di majlis-majlis ilmu, mempunyai dasar dalil dari Al-Hadits yaitu dilihat dari sudut pandang bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad SAW menyukai bau wangi dan menyukai minyak wangi dan beliau pun sering memakainya .” (Bulghat ath-Thullab halaman 53-54).

قال بعض أصحابنا ويستحب أن يبخر عند الميت من حين يموت لانه ربما ظهر منه شئ فيغلبه رائحة البخور
“Sahabat-sahabat kita (dari Imam Syafi’i) berkata: “Sesungguhnya disunnahkan membakar dupa di dekat mayyit karena terkadang ada sesuatu yang muncul maka bau kemenyan tersebut bisa mengalahkan/ menghalanginya.” (Al-Majmu’ Syarh Muhadzdzab juz 5, halaman 160).

Bila kita ada sesuatu hajat kepada Allah SWT, alangkah baiknya disaat berdzikir untuk membakar bukhur gaharu, dimana untuk mengharumkan seisi ruangan dengan harapan para malaikat ikut hadir berdzikir dengan kita dan mengaAamiinkan segala doa kita kepada Allah SWT.

Sebagaimana diungkapkan oleh Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi Nafa'analloh bihi, beliau mengatakan : "Salah satu dari kalian jika ada hajat, maka menyendirilah disuatu tempat yang damai/cocok, lalu bakarlah dupa yang harum kemudian membaca ayat suci Al-Qur'an "HASBUNALLOH WA NI'MAL WAKIL " ( 450x ), Maka dengan izin Allah hajat akan terkabulkan. Mujarrab.
fadhilah membakar bukhur terkabulnya hajat
dzikir hasbunallah wa ni'mal wakiil
Semoga segala Sunnah Rasulullaah SAW patut kita lestarikan dalam kehidupan sehari-hari, dengan mengharapkan keridhoan Allah SWT. Aamiin Yaa robbal Aalaamiin. Semoga Bermanfaat.

ALLOHUMMA SHOLLI ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD WA ALAA AALIHII WASHOHBIHII WA UMMATIHII WASALLIM.
                 (Kang arya)

Dzikir sufi

DZIKIR SUFI..
Hati nurani yang hidup menjadi guru penuntun perbuatan manusia. Hati nurani yang mati, membuat manusia lebih mengedepankan penggunaan akal. Apabila akal menjadi penguasa satu-satunya, manusia cenderung tidak bijaksana. Nafsu, ego dan keinginanlah yang akan dominan dan kepentingan orang lain akan terabaikan.
Maka, hidupkanlah hati nurani. Masalahnya, tidak mudah menghidupkan hati nurani–yang merupakan tempat Tuhan memberikan pengajaran kepada setiap manusia. Perlu tekad/niat yang kuat serta latihan. Latihan yang biasa saya jalankan adalah: LAKUKAN PERBUATAN YANG TIDAK KAMU SENANGI. DAN JANGAN LAKUKAN PERBUATAN YANG CENDERUNG KAMU SUKAI.
Contohnya: Saat saya ingin keluar rumah, maka saya malah sengaja melawan keinginan tersebut dan tidak keluar rumah. Saat saya ingin tidur karena mengantuk, maka saya justeru melawannya dengan sholat. Saat dompet saya sedang kosong, maka saya justeru menyumbangkan sedikit uang yang ada untuk orang fakir miskin.
Hakikat laku tirakat sebenarnya adalah PENGENDALIAN DIRI. Yaitu mampu tidak mengutamakan diri sendiri yang diliputi oleh NAFSU, EGO dan KEINGINAN. Namun lebih mengutamakan orang lain, mengutamakan kepentingan masyarakat, mengutamakan kepentingan Tuhan Yang Maha Kuasa. Para nabi/rasul/utusan Tuhan adalah contoh yang sangat baik bagaimana mereka yang mampu MENGENDALIKAN/ MENGALAHKAN/ MENUNDUKKAN kepentingan diri sendiri dan mengutamakan UMAT/ MASYARAKAT/ ORANG LAIN. Sehingga hidupnya MEMBAWA BANYAK MANFAAT untuk sesama. Suka menolong dan membantu makhluk-Nya yang menderita, lemah, tersingkir, tidak diperhatikan.
Bila amal kebajikan ini telah menjadi bagian utama laku syariat perbuatan kita, maka itulah saat kita bermakrifat yakni diri sendiri sudah ditundukkan, dan diri-Nya yang akan hadir. Gusti Allah akan manunggal di dalam “aku” kita. Allah menjadi tangan, kaki, mulut, telinga dan seluruh perbuatan kita adalah perbuatan-NYA.
Terakhir, ini ada kiat untuk menghidupkan mata hati. Al Kattani, seorang sufi berkata: Aku bermimpi bertemu Rasulullah SAW dan aku memohon padanya, berdoalah kepada Allah agar DIA tidak mematikan hatiku. Rasulullah bersabda; ucapkan EMPAT PULUH SATU KALI SETIAP HARI, YA HAYYU YA QAYYUM LAA ILAAHA ILLA ANTA, maka Allah akan menghidupkan hatimu.
Abu Yazid al Bisthamu meriwayatkan: aku bermimpi bertemu dengan Allah SWT, lantas aku bertanya kepada-Nya: Bagaimana aku menempuh jalan kepada-MU? Allah berfirman: TINGGALKAN DIRIMU DAN KEMARILAH” #salam tengah malam (aryan)

Ilmu dan hidayah serta inayah

(ILMU DAN HIDAYAH SERTA INAYAH)

Ilmu ibarat sarana dalam beribadah, sama halnya seperti harta benda. Barangsiapa yang terlena, bisa saja malah terjebak cinta harta dan menuhankan ilmu. Oleh sebab itu perlu kesadaran untuk selalu mengingat Allah dalam setiap amaliyah perbuatan kita didunia ini.

Sebenarnya bisa saja orang memiliki kekuatan daya supranatural tanpa lelaku batiniah seperti puasa dan dzikir, namun dikhawatirkan kelak akan menjadi manusia-manusia yang takabur, pada akhirnya malah kesusahan dalam menjelang mati. Oleh sebab itulah dalam amalan ILMU HIKMAH untuk membangkitkan daya linuwih dan solusi bagi semua hajat kehidupan, saya landasi dengan amalan puasa, dzikir dan doa kepada Tuhan YME(ALLAH SWT). Agar anda menyadari bahwa sekuat & sebesar apapun usaha anda dalam meraih kesuksesan & kebahagiaan semua itu semata-mata atas rahmat Nya. Tanpa ridho dariNYA mustahil hajat kita akan terlaksana. Coba perhatikan berapa banyak orang yang telah berjuang keras dengan tenaga, pikiran, uang-harta dan segudang rencana jeniusnya namun tetap saja gagal?

Alam semesta ini bekerja dibawah mekanisme kekuatan Yang Maha Kuasa. Kita hanya ibarat debu dibelantara luasnya jagad alam semesta, yang hakekatnya sangat lemah dan tidak berdaya. Maka janganlah hanya mengandalkan harta dan ilmu kita yang masih “cethek” (sedikit dan dangkal) ini. Sadarilah kekuasaan Tuhan yang bekerja disekeliling kita. Selaraskan diri anda dengan Qudrat (kuasa) dan iradatNYA (kehendak) niscaya anda akan menyadari bahwa segala kekuatan harta dan ilmu hanya akan bermanfaat bila ada ridho dariNYA. Jika demikian apakah anda masih akan mengandalkan ilmu??

Contoh aplikasi dalam kehidupan sehari-hari bagaimana?

Berikut ini saya berikan contoh kasus, namun mohon dipahami bahwa ini bukan dimaksudkan untuk pamer & riya, sungguh niat saya hanya sekedar berbagi ilmu pengetahuan sesuai dengan pengalaman pribadi, bukan sekedar katanya kitab atau dongeng. Semoga ada manfaatnya.

Suatu ketika ada seorang tamu yang berhajat hendak menggelar acara pesta pernikahan, beliau datang kepada saya meminta tolong (doa) agar semua dapat berjalan lancar dan tidak turun hujan sampai acara selesai berlangsung. Maklum, didesa acara seperti ini biasanya dilaksanakan diruas jalan dengan memakai tenda. Dan saat itu sedang musim penghujan. Sore harinya menjelang hari H, hujan belum juga berhenti. Si bapak A sang empunya hajat sampai beberapa kali menghubungi saya, ia risau bila hujan tak jua berhenti niscaya acara nikah besok pagi akan kacau. Selain ruas jalan akan tergenang air, tenda juga tidak dapat memayungi semua tamu.

Saya memang pernah belajar ilmu Pawang Hujan, sebuah ilmu hikmah keghaiban yang biasa digunakan untuk tujuan memindahkan awan hujan ke lokasi lain. Wajar jika dalam kondisi seperti ini lalu punya niat menggunakan daya ilmu tersebut. Atau menggunakan daya ilmu lain yang serupa khasiatnya misalnya Asma Sirr, Asma Maharaja atau ilmu lainnya. Tetapi harus diingat bahwa sebelum mendayagunakan ilmu ghaib terlebih dulu memohon petunjuk & ridho kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka yang saya lakukan adalah mengawalinya dengan DOA, memohon petunjuk kepada-NYA. Dalam hal ini kita jangan merasa sok bisa, sok tahu atau sok mampu apalagi sok sakti. Pepatah Jawa mengatakan : “Ojo rumangsa bisa, nanging sing bisa rumangsa” artinya jadi orang janganlah merasa paling bisa, tetapi bisalah merasa. Selepas sholat Maghrib itulah saya menggungkap hajat si bapak A kepada gusti Allah. Lalu hidayah (petunjuk) pun datang, ternyata ilmu tolak hujan kali ini menggunakan sedekah!

Anda boleh percaya atau tidak dengan cerita ini, malam itu jam 8 tanpa disangka ada tamu yaitu seorang tetangga dari kampung sebelah datang ke rumah. Ia bercerita bahwa sedang kesulitan uang untuk membayar biaya sekolah kedua putranya. Selama 3 bulan belum terbayar, dan konsekuensinya kelak si anak tidak dapat mengikuti ujian sekolah. Sampai disini saya sudah yakin inilah yang menjadi pintu sedekah tersebut, akhirnya saya sedekahkan uang kepada bapak ini guna membayar biaya sekolah anaknya.

Diluar rumah rintik hujan masih menetes membasahi bumi, jam 9 malam si bapak A kembali menghubungi saya lagi. Saya mencoba menenangkan dirinya dan mengatakan insyaAllah besok pagi tidak akan turun hujan sampai acara selesai. Dan ternyata di hari H memang tidak turun hujan, acara pernikahan berjalan lancar dan pada sore harinya setelah semua perlengkapan tenda-kursi dibongkar barulah awan mendung datang lalu hujan turun dengan cukup deras.

Apa hikmah yang bisa dipetik dari kejadian tersebut?

Jikalau kita hanya mengandalkan ilmu lalu mengesampingkan petunjuk dari Sang Maha Kuasa, niscaya besar kemungkinan yang akan didapat hanya kekecewaan dan kegagalan.
Selaraskan kekuatan dengan Qodrat-NYA dan berkehendaklah sesuai dengan Iradat-NYA, insyaAllah keterkabulan hajat dan kebahagiaan akan kita dapatkan.
Syech  Athaillah as Sakandari dalam AL-HIKAM bait ketiga memberi wejangan : “Himmah (usaha, tekad, cita-cita) yang menggebu tidak dapat menerobos tirai takdir yang telah ditentukan Allah“

Demikian sepenggal kisah dari pengalaman saya dalam aplikasi ILMU HIKMAH di kehidupan sehari-hari. Semoga dapat dipetik hikmahnya.
Dan semoga bermanfaat aminn..
Salam (kang arya)

Penyebab kegagalan dalam belajar ilmu hikmah

PENYEBAB KEGAGALAN DALAM BELAJAR ILMU GHOIB DAN HIKMAH.
Nasehat tuk para pecinta ilmu hikmah /ghoib.
Banyak orang mempelajari ilmu ghoib tapi gagal, tidak merasakan apa-apa selama belajar. Bahkan selama praktek juga tidak berfungsi, atau mengamalkan amalan, mantra, doa, asma tapi tetap saja tidak manjur, tidak berfungsi, sudah berpindah tempat, perguruan, sampai ganti-ganti amalan, mantra tapi tetap saja gagal. Sudah belajar kemana-mana tapi tetap saja hasilnya nol.
Apakah anda masuk dalam kategori itu …?
Apa penyebab kegagalan itu …?
Sebenarnya, manjurnya ilmu ghoib bukan pada ilmunya, mantra, asma’nya atau amalannya. Tapi, yang menentukan manjurnya ilmu ada keadaan saat dimana ilmu itu kita gunakan dalam arti apakah kita menggunakan ilmu tersebut karena ada sebab. Karena semua ilmu ghoib bisa kita gunakan dengan manjur karena ada sebab dan keadaan ilmu itu untuk kita gunakan. Dengan adanya sebab maka ilmu akan menghasilkan bentuk akibat dari sebab tersebut.

Sebab lain gagalnya belajar ilmu ghoib adalah kurang yakin, artinya yakinnya masih setengah-setengah. Jadi, antara yakin dan tidak. Banyak yang salah kaprah dalam belajar ilmu ghoib. Mereka menunggu testimoni orang, mereka bertanya-tanya dulu sama orang manjur apa tidak. Kalau kita mendalami ilmu ghoib tapi masih bertanya-tanya dengan orang maka artinya mereka ragu. Dan kurang yakin. Maka bisa dipastikan orang tersebut tidak akan bisa mempelajari ilmu ghoib sampai kapanpun sampai orang itu merubah daya fikirnya dan keyakinannya.

Penyebab lain gagalnya ilmu, karena sanad ilmu yang tidak jelas, atau ilmunya yang ngawur artinya bukan ilmu yang sebenarnya tentang ilmu ghoib itu. Dan juga belum terbuka wadah ilmu ghoib itu atau titik cakra belum aktif. Tetapi, penyebab yang ketiga ini sangat jarang atau presentasinya hanya 20%. Jadi, penyebab utama adalah kurang yakin dan menggunakan ilmu bukan pada tempatnya.
Semoga bermanfaat..

Istiqomah syeikh jumadil kubro

AL-ISTIQOMATU KHOIRU MIN ALFI KAROMAH..
-ISTIQHOMAH SYEIKH JUMADIL KUBRO
Tuanku, Engkau bisa berjalan di atas air..” Murid-muridnya berkata dengan kekaguman kepada Syeikh Jumadil Kubro.

“Itu bukan apa-apa.. Sepotong kayu juga bisa” Syeikh Jumadil Kubro menjawab pertanyaan muridnya.
Murid : “Tetapi engkau juga bisa terbang keangkasa”

Syeikh Jumadil Kubro : “Demikian juga burung-burung itu bisa”
Murid : “Engkau juga bisa bepergian ke Ka’bah dalam sedetik”

Syeikh Jumadil Kubro : “Setiap Jin yang kuat pun akan mampu pergi dari india ke Demavand dalam sedetik”
Murid : “Engkau juga kebal senjata dan kebal api”

Syeikh Jumadil Kubro : “Batu karang dipantaipun bisa kebal seperti itu” “Kalau begitu, Apa kehebatan seorang manusia sakti yang sebenarnya…?”
Murid-murid beliau ingin Tahu..

Syeikh Jumadil Kubro tersenyum lalu beliau menjawab :

“Manusia sakti ialah mereka yang bisa menjaga hatinya agar tidak berpaling kepada sesuatupun selain Allah, Hati beliau selalu Dzikrulloh dalam keadaan apapun, Sehingga bisa bersabar ketika di uji dan bisa bersyukur ketika diberi rizeki, Dengan dzikirnya maka rasanya rata datar seperti air sehingga tidak senang ketika dipuji dan tidak sakit hati ketika dihina, Dengan dzikrulloh maka ia bisa terbang hijrah dari kegelapan perbuatan dosa kejalan ketaqwaan penuh cahaya, Dan kebal dari segala godaan syetan. Maka Istiqomah lebih hebat dari 1000 Karomah..
Di zaman Sayyid Jumadil Kubro beliau dijuluki (Pandito Ratu) karena mempunyai ilmu rahasiah kaysaf laduni yang langsung dari Allah, Seperti Nabi Khidir AS. Yang mengetahui hal gaib dan ilmu-ilmu rahasiah yang tidak diketahui oleh umum, Syeikh Sayyid Jumadil Kubro merupakan toko kunci proses islamisasi di pulau tanah jawa yang hidup sebelum Walisongo.
Beliau seorang Qutubul Alimin Wali Mursyid Agung Sultan Aulia terbesar di zamannya. Penyebar islam pertama yang mampu menembus dinding kebesaran kerajaan Majapahit. Syeikh Sayyid Jumadil Kubro adalah cucu ke-18 Rasulullah Muhammad SAW dari garis Sayyidah Fatimah Az Zahra. Semogga ada hikmahnya, Dan menjadikan kita semuanya istiqomah dijalan yang di ridhai Allah SWT, Amin.. Al-fatihah..

Syarat kunci memplajari ilmu hikmah

SYARAT KUNCI MEMPELAJARI ILMU HIKMAH

Ilmu Hikmah adalah suci yang punya syarat-syarat tertentu. Tidak benar apabila ada yang mengatakan bahwa ilmu hikmah adalah tanpa pantangan atau tanpa syarat. Ilmu Hikmah bukan ilmu sembarangan dan tidak mungkin bisa dikuasai oleh orang-orang yang berniat jahat. Oleh karena itu, sebelum Anda mempelajari ilmu hikmah,  syarat mempelajari ilmu hikmah yang saya jelaskan di bawah ini.

1. Beragama Islam

Karena Ilmu Hikmah adalah ilmu spiritual yang berkembang di kalangan umat islam, maka amalan-amalan Ilmu Hikmah hanya cocok untuk orang yang beragama Islam. Seseorang disebut beragama Islam adalah orang yang meyakini rukun iman dan rukun islam. Rukun iman termasuk adalah Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat-malaikat Allah, Iman kepada kitab-kitab Allah, Iman kepada rasul-rasul Allah, Iman kepada hari kiamat dan Iman kepada Qada dan Qadar. Sedangkan rukun islam adalah mengucapkan kalimat Syahadat dengan penuh keyakinan, menjalankan salat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, membayar zakat dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.Ilmu Hikmah hanyalah salah satu jalan spiritual. Sedangkan ilmu spiritual atau ilmu batin itu banyak jenisnya. Pada setiap agama atau setiap kebudayaan selalu ada ajaran spiritual. Meskipun bentuk dari ajaran spiritual bisa berbeda-beda (sesuai pengaruh agama dan kebudayaan), tapi inti ajarannya selalu sama, yaitu soal kebijaksanaan dan cara menyelesaikan problematika kehidupan dengan cara-cara spiritual.
2. Mendapat Restu Dari Guru

Anda bisa saja belajar ilmu hikmah dari berbagai buku yang beredar bebas di toko buku, atau dari artikel-artikel di internet yang tidak jelas siapa pembuatnya. Namun perlu diingat, bahwa belajar ilmu hikmah tidak sama seperti belajar ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah. Dalam ilmu hikmah diperlukan keberkahan agar amalan ilmu bermanfaat. Dan keberkahan itu bisa Anda dapatkan dari bimbingan seorang guru yang berpengalaman.
Oleh karena itu, dalam ilmu hikmah ada tradisi yang disebut ijazah atau baiat. Yang tujuannya adalah peresmian bahwa seorang murid mendapat restu dari seorang guru untuk mulai mengamalkan suatu ilmu hikmah. Proses ijazah ini bisa macam-macam caranya sesuai dengan kebijaksanaan guru masing-masing. Ijazah atau proses penurunan ilmu bisa secara langsung maupun jarak jauh.
Proses pengijazahan itu penting sebab di situ terletak keberkahan dari ilmu hikmah yang hendak kita amalkan. Banyak sudah contoh nyata dalam kehidupan, dimana orang belajar ilmu hikmah secara mandiri tanpa bimbingan guru, yang didapatkannya adalah kesia-siaan, bahkan malah ada yang tersesat krna mengikuti ajaran yang tidak benar.
3. Bersedia Mengikuti Ajaran Guru

Ketika Anda sudah memutuskan untuk belajar ilmu hikmah kepada seorang guru, maka ikutilah ajaran guru itu dengan penuh tawadhu. Dengan catatan, selama ajaran guru itu tidak bertentangan dengan syariat agama. Dalam belajar ilmu hikmah, ada ungkapan “samikna wa atokna” yang artinya kami mendengarkan dan kemudian kami menaati. Tidak wajar apabila dalam belajar ilmu hikmah ada perdebatan atau adu argumentasi.

Sadarilah bahwa ilmu hikmah adalah ilmu batin, berbeda dengan ilmu sains yang sesuai logika. Oleh karena itu, ajaran ilmu hikmah kadang sulit dipikir secara logis. Dalam belajar ilmu hikmah, dinilai tidak sopan apabila seorang murid bertanya macam-macam mengenai ajaran yang diberikan. Sikap murid ilmu hikmah yang baik adalah melakukan dengan sepenuh hati ajaran-ajaran guru dengan istiqomah.

4. Istiqomah Dalam Mengamalkan Ilmu Hikmah.

Istiqomah adalah melakukan suatu amalan secara kontinyu dengan disertai keimanan dan kesungguhan terhadap apa yang diamalkannya. Beberapa ulama ahli hikmah berpendapat bahwa "istiqomah lebih baik dari 1000 karomah". Hal ini karena Istiqomah adalah pohonnya, sedangkan karomah hanyalah salah satu buah daripada istiqomah.
Mengamalkan satu ilmu hikmah dengan istiqomah adalah lebih baik daripada punya banyak ilmu hikmah tapi tidak istiqomah, atau bahkan tidak pernah diamalkan sama sekali. Jangan kagum dengan orang yang seolah-olah mengerti banyak ilmu hikmah, namun dalam kesehariannya dia jarang duduk berdzikir untuk mengamalkan amalan ilmu hikmahnya. Namun kagumlah dengan orang yang tidak banyak bicara, namun punya amalan yang istiqomah walaupun hanya sedikit.
Tidak ada ilmu hikmah yang lebih hebat dari ilmu hikmah yang lainnya, bila tidak diamalkan dengan istiqomah. Jangan terlena untuk “mengoleksi” pengetahuan tentang ilmu hikmah, karena ilmu hikmah bukan sekedar pengetahuan. Ilmu Hikmah adalah pengetahuan yang disertai amal perbuatan yang nyata. Dan amal yang terbaik adalah amal yang istiqomah.Jangan pula mudah untuk berganti-ganti amalan hanya karena Anda merasa suatu amalan ilmu hikmah tidak bermanfaat bagi Anda. Karena kadang, Allah menguji kesabaran Anda sebelum memberikan keberkahan yang besar. Insya Allah, apabila Anda bersedia istiqomah dengan amalan ilmu hikmah yang Anda tekuni, akan banyak manfaat yang bisa Anda petik.

5. Menjaga Diri Dari Makan Yang Haram

Seseorang yang ingin memiliki kekuatan batin yang bersumber dari energi ilahiah (ilmu hikmah) harus memperhatikan makanannya. Karena makanan yang haram akan mengotori hati nurani. Makanan yang haram akan membentuk jiwa yang kasar dan tidak religius. Makanan yang haram disini bukan hanya dilihat dari jenisnya saja, misal babi, miras, bangkai dan sebagainya, tapi juga dari cara untuk mendapatkan makanan tersebut.
Efek dari makanan yang haram ini menyebabkan jiwa sulit untuk diajak menyatu dengan hal-hal yang positif, seperti: dibuat zikir tidak khusuk, berdo'a tidak sungguh-sungguh, sulit istiqomah dan hati tidak tawakal kepada Allah.
Daging yang tumbuh dari makanan yang haram selalu menuntut untuk diberi makanan yang haram pula. Seseorang yang sudah terjebak dalam lingkaran ini sulit untuk melepaskannya, sehingga secara tidak langsung menjadikan hijab atau penghalang seseorang memperoleh getaran/ cahaya ilahiah.
Disebutkan, setitik makanan yang haram memberikan efek terhadap kejernihan hati. Ibarat setitik tinta yang jatuh diatas kertas putih, semakin banyak unsur makanan haram yang masuk, ibarat kertas putih yang banyak ternoda tinta. Sedikit demi sedikit akan hitamlah semuanya.
Hati yang gelap menutupi hati nurani, menyebabkan tidak peka terhadap nilai-nilai kehidupan yang mulia. Seperti kaca yang kotor oleh debu-debu, sulitlah cahaya menembus nya. Tapi dengan zikir dan menjaga makanan haram, hati menjadi bersih bercahaya.
Begitu halnya jika Anda menghendaki dijaga para malaikat Allah, jangan kotori diri Anda dengan darah dan daging yang tumbuh dari makanan yang haram. Inilah mengapa para ahli Ilmu batin sering menyarankan seorang calon siswa yang ingin suatu ilmu agar memulai suatu pelajaran dengan laku batin seperti puasa.
Konon, puasa itu bertujuan menyucikan darah dan daging yang timbul dari makanan yang haram. Dengan kondisi badan yang bersih, diharapkan ilmu batin lebih mampu bersenyawa dengan jiwa dan raga. Bahkan ada suatu keyakinan bahwa puasa tidak terkait dengan suatu ilmu. Fungsinya puasa hanya untuk mempersiapkan tubuh agar bersih dan siap menerima ilmu yang sedang dijalani.
Semoga bermanfaat..

Tarbiyah tentang titik lathaif

Bismillahirrohmanirrohim..
tarbiyah tentang titik lathaif yang Sebagaimana kita ketahui pada setiap tariqoh2 yang mu'tabaroh atau tariqoh yang bersanad dan musnad ke rasulillah salallahu 'alaihi wassalam, bahwasan nya titik lathaif yang ada pada diri insan itu ada tujuh.. Namun ketujuh ini kita sudah tahu pada letak masing2 nya dan yang ingin kita tarbiyah kan ialah dimana tepat nya untuk diawali dzikirullah dengan baik dan benar, sesuai hadist dan Alqur'an tentunya.. Insya Allah

Menurut didalam hadist2 shohih yang menjelaskan tentang toriqoh atau jalan yang terutama kali dalam thoriqoh-thoriqoh mu’tabaroh, sebenarnya, dzikir hanya ada dua macam. Yakni, dzikir nafi itsbat dan dzikir ismu Dzat
Yang mana yang dimaksud dzikir nafi itsbat ialah dzikir kalimah tauhid yaitu Laa ila hailallah dan dzikir ismu Dzat ialah ALLAH.. ALLAH.. ALLAH

Rasulullah bersabda : kepada Ali bin Abi Thalib ra : “Hai Ali, pejamkan kedua matamu dan tempelkan sepasang bibirmu serta lipatkan lidahmu pada langit-langitan mulut dengan berdzikir Allah, Allah, Allah di dalam Lathifah dari Lathaif tujuh” (HR Thabrani dan Baihaqi)

Adapun khifayah yang telah dijelaskan didalam hadist diatas ialah dzikir ismu dzat yang telah saya jelaskan sebelum nya dan apa yang disabdakan rasulillah ialah dzikir tersebut ditempatkan pada salah satu titik lathaif namun titik ini tidak dijelaskan detail dimana dan titik yang mana untuk di tempatkan dzikir ismu dzat nya

Nah maka dari itu selain hadist2 shahih yang kita kutip sebagai pelajaran maka kutip lah dari apa yang ada didalam Alqur'annul qarim

Alqur'an surah Al'araf ayat 205
Bissmillahirrohmanirrohim
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.

Perhatikan dalam ayat diatas, sebutlah nama Tuhanmu yaitu ismu Dzat,, dan ditempatkan didalam hati kita mendzikirkan nya.. Jadi yang dijelaskan rasulillah didalam hadist tadi terbuka hakikat nya yaitu pada titik lathaif qalby atau hati dan hati itu berada ditengah2 dada

Jadi dengan kita membaca Alqur'an dan membaca hadist serta di ikuti dan diteladani insya Allah itu lah yang dinamakan berpegang pada Alqur'an dan hadist yang tak lain kedua itu adalah harta warisan rasulillah kepada umat nya diseluruh dunia

Alhamdulillah dzikir ismu Dzat sudah kita kupas bersama yang tak lain dzikiran nya hanya asma ALLAH.. ALLAH.. ALLAH.. sahaja
Dan untuk dzikir nafi itsbat yang tak lain ialah kalimah toyibah atau Laa ila ha ilallah

Sebelum kita kupas mari kita simak hadist berikut
Dari Jabir bin Abdillah ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud, “Zikir yang paling mulia ialah Lailahaillallah dan doa yang paling baik ialah Alhamdulillah.” (Riwayat Al-Imam Ibnu Majah).
Alhamdulillah Didalam hadist tersebut dijelaskan rasulillah didalam sabda nya bahwa dzikir yang paling mulia ialah Laa ilahaillallah, jadi kita belum bisa langsung kepada dzikir ismu dzat, sebab Sebelum menyelam kedalam dzikir ALLAH atau dzikir ismu dzat kita harus memperbaiki diri kita dengan dzikir yang mulia yaitu kalimah tahuid Laa ilahailallah
Dan sebelum memperbaiki diri kita meminta ampunan dari Nya yaitu selain didalam do'a ialah didalam dzikir istighfar
Yang kesemua itu juga tertumpu kedalam titik lathaif qalbi atau hati

Jadi selain berdzikir laa ila hailallah didalam hati sering lah untuk selalu beristighfar kepada Nya baik itu ada kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja dan juga kekhilafan yang kita ketahui maupun yang tanpa kita sadari yang pernah kita lakukan selama ini

Selanjut nya tata cara atau khifayah dari dzikir nafi itsbat dan ismu dzat yang di pokuskan ketitik lathaif atau latifa hati ( didalam hati ) yaitu sebagai awal nya
Selain menjalankan amal dan ibadah dengan tertib, juga sering meminta ampunan kepada Nya,, berdzikirlah pada tengah malam, pagi dan sore ( atau juga dengan muqorobah ) dengan dzikir nafi itsbat atau laailahailallah didalam lisan dengan pelan namun terpokus kedalam hati,, dzikirkan sebanyak2 nya boleh dengan tasbih hitungan contoh dalam hitungan 1000x atau lebih..
Yang mana kala jika akal dan pikiran itu terbang melayang ntah memikirkan angan2 atau ingatan maka kembali lah menyimak hati yang berdzikir tersebut...

Ketika lisan atau bibir mengucap pelan laailahailallah, maka usahakan hati untuk menterjamahkan nya menjadi tiada tuhan selain Allah SWT, sedangkan hal tersebut tidak akan bisa trkecuali akal dan pikiran kita menyimak isi didalam hati yang sedang berdzikir Dan menterjamahkan nya

Selanjut nya dimana kesadaran fisik atau raga terpokus kepada hal dzikir tersebut, insya Allah muncul lah yang dinamakan ketenangan didalam dzikir,, kalau saya bilang itu nikmat,, sebagaimana dzikir yang sudah saya usahakan tersebut tidak lagi menjadi suatu dzikrullah yang diusahakan, melainkan
Melainkan suatu dzikir yang jika dihentikan serasa rugi diri ini dari nikmat ketenangan batin yang diberikan Allah SWT
Nah setelah didalam puncak nikmat atau ketenangan batin didalam dzikrullah didalam hati tadi, maka terjadilah kesadaran haqiqi, yang tak lain ketika kita menyadari bahwa "tiada tuhan selain Allah", maka kalimah 'tiada' dan kalimah 'tuhan' itu tidak ada lagi sebab yang ada hanya ALLAH.. ALLAH.. ALLAH
Yang dimana kesadaran itu membawa kita pada dzikir ismu dzat, yang ada hanya Allah sahaja, Allah sendiri,, tiada lagi kesadaran fisik pada dunia, yang ada hanya lah hati yang menghidupkan kalimah ALLAH, sehingga secara sunattullah atau didalam ketetapan Allah SWT hal tersebut akan membawa diri kita kepada kesadaran batin / mhukasyaful ghuyub atau tersingkap nya dari yang dirahasiakan insya Allah,, namun hal semua itu tidak akan bisa terjadi tanpa istiqomah dan ikhlas semata berdzikir karena mengharap redho Nya
Barokallah

demikian tarbiyah pagi ini saya sampai kan dan mudah2an berkah kepada kita untuk kebaikan didunia wal akherat Aamiin Aamiin Aamiin

Menggapai ma'rifat dengan sholawat

Bismillah..(MENGGAPAI MA'RIFAT DENGAN SHOLAWAT)
Fatwa sayyid Abdur-Rahman bin Musthofa Al-Idrus
Al-Allamah sayyid Abdurrohman bin musthofa Al-Idrus ( tinggal di mesir ), menyatakan (dalam penjelasan Beliau tentang sholawatnya sayyid Ahmad Al-Badawi.
Komentar ini di tulis dalam kitab yang berjudul ”Miraatu Al-Syumus fi manaqibi Aali Al-Idrus “): Bahwa di akhir zaman nanti, ketika sudah tidak di temukan seorang murobbi (Mursyid) yang memenuhi syarat, tidak ada satu pun amalan yang bisa mengantarkan seseorang wushul (ma’rifat) kepada Allah kecuali bacaan Sholawat kepada Nabi SAW, baik dalam keadaan tidur maupun terjaga.
Kemudian setiap amalan itu mungkin di terima dan mungkin juga di tolak kecuali bacaan sholawat kepada Nabi SAW yang pasti di terima, karena memuliakan kepada Nabi SAW.
Sayyid Abdur Rohman meriwayatkan keterangan tersebut berdasarkan kesepakatan ulama’. Ketahuilah sesungguhnya para ulama’ telah sepakat atas diwajibkannya
membaca “Sholawat dan Salam” untuk Baginda Nabi SAW. Kemudian mereka berselisih pendapat mengenai “kapan” kewajiban itu harus dilaksanakan?.

Menurut Imam Malik, cukup sekali dalam seumur. Menurut Asy-Syafi’i, wajib dibaca pada tasyahud akhir dalam sholat fardhu. Menurut ulama’ lainnya, wajib dibaca satu kali dalam setiap majlis. Ada juga ulama’ yang berpendapat, wajib dibaca setiap kali mendengar nama nabi disebut. Dan ada juga yang mengatakan wajib untuk memperbanyak sholawat, tanpa di batasi bilangan tertentu.
Secara umum, membaca sholawat kepada nabi, merupakan hal yang agung dan keutamaannya pun sangat banyak. Membaca sholawat, merupakan bentuk ibadah, yang paling utama dan paling besar pahalanya.

Sampai-sampai sebagian kaum “arifin”, mengatakan :
“sungguhnya sholawat itu, bisa mengantarkan pengamalnya untuk ma’rifat kepada Allah, meskipun tanpa guru spiritual ( mursyid )” .
Karena guru dan sanadnya, langsung melalui Nabi.
Ingat ! setiap sholawat yang dibaca seseorang selalu diperlihatkan kepada beliau dan beliau membalasnya dengan do’a yang serupa ( artinya nabi tahu siapa saja yang membaca sholawat kepada beliau dan nabi menjawab sholawat dengan do’a yang serupa kepada pembacanya tadi ).
Hal ini berbeda dengan dzikir-dzikir ( selain sholawat ) yang harus melalui bimbingan guru spiritual/mursyid, yang sudah mencapai maqom ma’rifat. Jika tidak demikian, maka akan dimasuki syaithon, dan pengamalnya tidak akan mendapat manfaat apapun”.

( Hasyisyah Ash-Showi ‘la Al-Jalalain, Hal :287,Juz lll)
Wallahu a'alam bishawab..
Semoga bermanfaat.
Solallahu ala muhammad..

Definisi ilmu hikmah

DEFINISI ILMU HIKMAH

Firman Allah   : “  Allah Swt menganugrahkan Al-hikmah kepada siapa yang di kehendaki, dan barang siapa yang di anugrahi Al-hikmah itu, ia benar-benar telah di anugrahi karunia yang banyak, dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran “ ( QS Al-Baqarah : 269 )

Hikmah dalam bahasa Arab adalah “ kefahaman “  Pengertian ilmu hikmah memilki banyak makna, arti dan pengertian ada yang mengatakan Al-hikmah adalah kebijaksanaan dari Allah, sesuatu kesaktian, atau memiliki manfaat dari sesuatu, tujuan  dari ilmu hikmah adalah semata-mata memohon pertolongan kepada Allah agar dalam menjalani hidup ini diberi keselamatan, kesukesesan,  kebahagiaan, Dll.     

Ilmu hikmah adalah suatu amalan spiritual yang berupa ayat firman Allah Al-Quran dan As-Sunah atau Mantera suci yang berbahasa Arab atau berbahasa lainnya yang di imbangi dengan amalan tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah, adapun yang di sebut mantera suci adalah bacaan atau amalan yang kaidahnya tidak melanggar hukum dan ajaran agama.  

Firman Allah   : “  Allah Swt menganugrahkan Al-hikmah kepada siapa yang di kehendaki, dan barang siapa yang di anugrahi Al-hikmah itu, ia benar-benar telah di anugrahi karunia yang banyak, dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran “ ( QS Al-Baqarah : 269 )    
Memang ada deviasi atau bias dari arti dan pengertian ilmu hikmah itu sendiri dalam beberapa dekade atau kurun waktu belakangan ini, di mana ilmu hikmah pada umumnya di pahami umat Islam sebagai ilmu kesaktian, ilmu tenaga dalam, ilmu kerezekian, ilmu pengasihan, ilmu pengobatan, ilmu terawangan, ilmu kekebalan senjata, dan ilmu-ilmu lainnya dari hasil zikir,wirid atau amalan dengan bacaan dan jumlah tertentu.    

Kelebihan yang di berikan Allah kepada hambanya yang di dasari dari membaca zikir, wirid atau amalan tertentu dengan dosis yang ditentukan, ilmu ini sering disebut Ilmu Hikmah, maka ilmu ini bisa dicapai dan dimiliki oleh siapapun, tidak memerlukan bakat khusus, siapa yang memenuhi persyaratan dan melaksanakan tata-caranya, maka mereka akan memperolehnya.    

Sesungguhnya nenek moyang kita telah mewarisi beragam ilmu hikmah atau Ilmu gaib dari leluhur zaman dahulu, Ilmu hikmah yang bernuansa gaib, yang dimaksud masih relevan bagi generasi sampai kapan pun. Karena ternyata masih banyak orang yang gemar dan senang menekuninya, mempelajari dan akhirnya memanfaatkannya,

Buktinya kendati pun sekarang kita hidup dizaman serba canggih di mana instrument teknologi serba canggih dan spektakuler yang mencakup segala bidang seperti dalam bidang pertanian, bidang kedokteran, bidang industri, bidang penerbangan dan sebagainya, namun keberadaan ilmu-ilmu yang bernuansa gaib tetap saja masih sulit di lupakan.

Memang kebutuhan manusia zaman sekarang lebih menuju pada hal-hal yang bersifat materi dan ekonomi, Yaitu, bagaimana agar rezeki lancar, urusan lancar, dll,  Namun urusan ekonomi atau rezeki bukanlah segala-galanya, dizaman sekarang banyak orang yang mencari keselamatan, perlindungan, ketentraman, kedamaian, dan lain sebagainya.

Perbedaan menuntut ilmu hikmah orang zaman sekarang dengan orang-orang terdahulu terletak pada keyakinan terhadap ilmu dan kesungguhan dalam melakukan dan menjalani tirakat, amalannya. Majunya tingkat rasio pada masyarakat secara tidak langsung mulai akan meminggirkan kepercayaan-kepercayaan terhadap hal-hal yang berbau mistik,

Kesan ragu pun mulai banyak menghinggapi manusia di zaman sekarang, pada sisi lain banyak juga orang-orang yang jenuh dengan peradaban yang makin maju mereka mencoba berekreasi ke alam metafisis.  Masalahnya sekarang :  Apa yang perlu kita ketahui dari ilmu hikmah itu ….. ?,   Dan untuk apa kita mempelajarinya ..... ?, Terutama dalam kehidupan sehari-hari. 

Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa ilmu-ilmu  zaman sekarang kalah sakti dan ampuh di banding ilmu-ilmu pada zaman dahulu, dan mengapa pada zaman sekarang ini jarang ucapan ( Doa ) seseorang di kabulkan Allah, padahal kalau kita melihat  pada masa lalu orang-orang yang terdahulu ucapannya begitu makbul, seolah-olah setiap ucapannya akan terjadi .....,  Benarkah demikian ..…?

Keampuhan orang zaman dahulu bukan disebabkan ketinggian ilmunya,  melainkan ketinggian keyakinan dan ketulusan hatinya yang mendorong ilmu yang di milikinya menjadi berkah dan mulut yang sering di buat selalu berbohong dan tidak jujur  maka hilang berkah segala doa dan ucapannya ( Tidak Jadi ).

Karena belum banyak kepentingan dan kebutuhan orang-orang zaman dahulu ia lebih bersikap ikhlas  dalam membantu, melayani orang, dari segi faktor inilah yang menyebabkan ilmu-ilmu mereka menjadi ampuh di antaranya :   

1 .  Orang zaman dahulu : Karena ilmu yang di dapatnya lebih sulit dalam proses mendapatkannya, di banding orang di zaman sekarang, karena faktor sulit  itulah, mereka yang sudah mendapatkannya menilai ilmu sebagai barang yang sangat teramat suci dan berharga kemudian ilmu itu pun di sakralkannya. 

Karena factor keluguan dan kepolosan jiwa orang terdahulu, maka dengan sikap orang zaman dulu ini melahirkan sikap yang selalu berbaik sangka sehingga seseorang yang mendapatkan suatu keilmuan langsung menjadi yakin dan mantap hatinya dan tidak banyak terlalu banyak menganalisis. 

2 . Orang zaman sekarang :  Karena kemajuan dalam menerima informasi, sehingga mereka menjadi lebih kritis sehingga berdampak dalam pemikirannya setiap hal yang baru datang disaring. Dan sudah barang tentu ini ada baiknya, Akan tetapi didalam menyaringnya terlalu berlebihan dan terlebih lagi di sertai dengan pemikiran prasangka buruk yang menyebabkan mereka tidak mudah percaya dengan siapa pun.  

Bagaimana seseorang bisa mendapatkan manfaat dari suatu yang di curigai dan buruk sangka, hal-hal inilah yang menyebabkan orang di zaman sekarang tidak mensakralkan dan mensucikan ilmu bahkan cenderung berburuk sangka.

3 . Adapun kunci kekuatan suatu ilmu atau doa diibaratkan seperti  cermin.  Doa kita akan terkabul atau tidak tergantung dari amal kebaikan yang pernah kita lakukan terhadap sesama. Dengan kata lain terkabul atau gagalnya doa-doa kita merupakan cerminan akan amal kebaikan yang pernah kita lakukan pada orang lain,

Bahkan sebelum kita mengucap Doa, Allah sudah memenuhi apa-apa yang kita harapkan. Itulah pertanda, bahwa perbuatan dan amal kebaikan kita pada sesama, akan menjadi doa yang tak terucap, tetapi sungguh yang mustajab, Ibarat sakti tanpa kesaktian.

Kita berbuat baik pada orang lain, sesungguhnya perbuatan itu seperti Doa untuk kita sendiri. Doa akan memiliki kekuatan, asalkan kita mampu memadukan empat unsur yakni dari : hati, ucapan, pikiran, dan perbuatan nyata.  Dengan syarat perbuatan kita tidak bertentangan dengan isi Doa, disisi lain amal kebaikan yang kita lakukan pada sesama akan menjadi Doa mustajab sepanjang waktu, hanya jika kita melakukannya dengan ketulusan hati.  

Dalam pemahaman ilmu hikmah adalah bagaimana mendapat suatu keberkahan, kemakmuran, keselamatan dll, maka sesorang itu harus beristiqomah dengan memohon kepada Allah, pengertian dalam memohon itu sekaligus untuk mendekatkan diri kepadanya, dengan melalui suatu ilmu atau amalan tertentu sehingga seseorang itu merasa timbul kesaktian dan kelebihan dalam dirinya.  

Firman Allah Swt : “ Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang berilmu, jika kamu tidak mengetahui “. ( QS. Al-Anbiya : 7 )

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hakekat ilmu hikmah bukanlah sekedar bacaan Wirid, Dzikir, Amalan tertentu yang di baca secara rutin setiap harinya, akan tetapi mencakup segala perbuatan kita, sesama manusia maupun kepada alam serta berbakti kepada Allah, dengan demikian maka Allah akan memberkahi kebaikan dari segala amal perbuatan kita.

Banyak para Ahli Hikmah mengupas pengetahuan tentang ilmu rahasia, khasiat dari  Doa Nabi Sulaiman As bahkan sudah beratus-ratus tata cara dan rahasia, khasiat tersebut. Beberapa jenis Ilmu ini memiliki hikmah sangat besar, Hal ini untuk membantu menghadapi tantangan dan kendala dalam kehidupan dan juga bisa melahirkan keajaiban - keajaiban dalam kehidupan manusia.

Adapun jenis Ilmu apapun, orientasinya nilai pada suatu keberhasilan, Tidak ubahnya seperti api ia bisa ada dari usaha yang berbeda-beda, pada zaman dulu untuk mendapatkan api orang melakukannya berbagai macam cara misalnya dengan menggosok-gosokkan ke sebuah kayu atau ada yang membenturkan batu pada daun kering untuk memperoleh api.

Ketika peradaban dunia sudah maju dan berkembang, maka manusia tidaklah terlalu sulit untuk mendapatkan sebuah api, bisa mendapatkan api cukup dengan menekam kompor gas atau menekan tombol korek, 

Dalam artian jika dengan cara yang sederhana bisa menghasilkan sebuah api, kenapa kita harus susah dan repot seperti pada zaman duluDan tentunya sebagai seorang pengamal ilmu harus menghormati perbedaan tata cara dan dalam pengamalan tersebut, Sebab hakikat dari ratusan bahkan ribuan perbedaan itu adalah sebagai penentu bagi kita yang mana yang paling baik dan paling cocok, maka kita seharusnya bersyukur akan adanya perbedaan-perbedaan tersebut, karena perbedaan adalah rahmat Allah.

Kamis, 03 Oktober 2019

MENGENAL ALLAH SWT

MAN 'ARAFA NAFSAHU FAQAD 'ARAFA RABBAHU (Siapa yang kenal kenal dirinya akan Mengenal Alloh)

Firman Alloh Taala : 

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (QS. 41:53)

Tidak ada hal yang melebihi diri sendiri.  Jika anda tidak kenal diri sendiri, bagaimana anda hendak tahu hal-hal yang lain?  Yang dimaksudkan dengan Mengenal Diri itu bukanlah mengenal bentuk lahir anda, tubuh, muka, kaki, tangan dan lain-lain anggota anda itu.  karena mengenal semua hal itu tidak akan membawa kita mengenal Alloh.  Dan bukan pula mengenal perilaku dalam diri anda yaitu bila anda lapar anda makan,  bila dahaga anda minum,  bila marah anda memukul dan sebagainya.  Jika anda bermaksud demikian,  maka binatang itu sama juga dengan anda.  Yang dimaksudkan sebenarnya mengenal diri itu ialah:

Apakah yang ada dalam diri anda itu? Dari mana anda datang? Kemana anda pergi? Apakah tujuan anda berada dalam dunia fana ini? Apakah sebenarnya bagian dan apakah sebenarnya derita?

Sebagian daripada sifat-sifat anda adalah bercorak kebinatangan.  Sebagian pula bersifat Iblis dan sebagian pula bersifat Malaikat.  Anda hendaklah tahu sifat yang mana perlu ada,  dan yang tidak perlu.   Jika anda tidak tahu,   maka tidaklah anda tahu di mana letaknya kebahagiaan anda itu.

Kerja binatang ialah makan,  tidur dan berkelahi.  Jika anda hendak jadi binatang,  buatlah itu saja.  Iblis dan syaitan itu sibuk hendak menyesatkan manusia,  pandai menipu dan berpura-pura.  Kalau anda hendak menurut mereka itu,   lakukan sebagaimana kerja-kerja mereka itu.  Malaikat sibuk dengan memikir dan memandang Keindahan Ilahi.  Mereka bebas dari sifat-sifat kebinatangan. 

Jika anda ingin bersifat dengan sifat KeMalaikatan,  maka berusahalah menuju asal anda itu agar dapat anda mengenali dan menuju pada Alloh Yang Maha Tinggi dan bebas dari belenggu hawa nafsu.  Sebaiknya hendaklah anda tahu kenapa anda dilengkapi dengan sifat-sifat kebintangan itu. 

A dakah sifat-sifat kebinatangan itu akan menaklukkan anda atau adakah anda menakluki mereka?.  Dan dalam perjalanan anda ke atas martabat yang tinggi itu,  anda akan gunakan mereka sebagai tunggangan dan sebagai senjata.

Langkah pertama untuk mengenal diri ialah mengenal bahwa anda itu terdiri dari bentuk yang zhohir,  yaitu tubuh ;  dan hal yang batin yaitu hati atau Ruh .  Yang dimaksudkan dengan "HATI" itu bukanlah daging yang terletak dalam sebelah kiri tubuh.  

Yang dimaksudkan dengan "HATI" itu ialah satu hal yang dapat menggunakan semua kekuatan,   yang lain itu hanyalah sebagai alat dan kaki tangannya saja.  Pada hakikat hati itu bukan termasuk dalam bidang Alam Nyata(Alam Ijsam) tetapi adalah termasuk dalam Alam Ghaib.  Ia datang ke Alam Nyata ini ibarat pengembara yang melawat negeri asing untuk tujuan berniaga dan akhirnya kembali akan kembali juga ke negeri asalnya.  Mengenal hal seperti inilah dan sifat-sifat itulah yang menjadi "Kunci" untuk mengenal Alloh.

Pesan syekh maulana magribi

pesan syekh maulana maghribi


kehidupan manusia akan selalu dilanda kesusahan, balak, musibah apabila manusia itu jauh dari orang tua dan leluhur, dalam arti manusia yang lupa dengan orang tua baik masih hidup maupun yang sudah meninggal maka hidupnya akan dilanda kesusahan, balak, dan musibah.

bagaimanakah cara kita untuk berbuat baik kepada orang tua dan leluhur ,,,,,?

langkah pertama; kita harus merasa sayang dan bertermakasih atas jasa-jasa orang tua maupun leluhur yang di berikan kepada kita sejak kecil sampai kita dewasa.

langkah kedua; kirimkanlah selalu hadiah kepada beliau-beliau yang sudah meninggal denga baca’an aal-fatihah dann ayat-ayat suci lainnya.

langkah ketiga; apa bila orang tua masih hidup, sayangilah, cintailah orang tua dengan hati yang tulus,jangan biarkan mereka susah hanya karena kelakuan buruk kita.

isya’allah bila kita bisa menjalankan pesan dari beliau syeh maulana maghribi ini kita akan dijauhkan dari semua kesusahan, balak,dan musibah oleh allah swt

amien ,,,,,

 

Rabu, 02 Oktober 2019

Terjemahan suluk syekh siti jenar

SERAT SULUK KUNO

TERJEMAHAN SULUK SYEIKH SITI JENAR BAGIAN I




DHANDHANGGULA





1.


Nahen wonten  Wali hambeg luwih // nguni asal wrejid bangsa sudra // antuk wenganing Tyas bolong // tarbukaning Hyang Weruh // Sunan Benang ingkang murwani // tatkala mejang tekad // muruk mirid kawruh // ring jeng Sunan Kalijaga // neng madyaning rawa nitih giyota di // Sitibang antuk jarwa.

Dikisahkan ada seorang wali sakti // yang berasal dari rakyat jelata // mendapat anugerah pemahaman hati // bisa mengenal Tuhan Yang Maha Tahu // Ilmunya di dapat dari Sunan Benang // ketika sedang mengajarkan ilmu rahasia // serta sedang membaiat // Kanjeng Sunan Kalijaga // di tengah rawa di atas perahu // Sitibang (Siti Jenar) mencuri dengar isi ajaran rahasia itu dari Sunan Benang.

2.


Mila mangke tyasnyarda kelair // Umahywa tekad kajabariyah // kadariyah mangsud tyase // andhaku datullahu // Budi eling den anggep Gusti // Pangeraning manungsa // isnipat rongpuluh // mawujud kidam lan baka // mukallapahlil kawadis nyulayani // gumlarnya barang anyar.

Sehingga munculah ilmu hakikat di Tanah Jawa// yang berdasar tekad Jabariyah dan Kadariyah // mengaku hanya Dzat Allah yang ada // (Hilangnya ego diri ) sehingga budi dan kesadaran diri semata-mata hanya Allah yang menggerakannya;  bukan atas dorongan keinginan diri (seperti sikap dan perbuatan Nabi Khidir ketika Nabi Musa sedang berguru kepadanya; bahwa yang dilakukan oleh Nabi Khidir merusak perahu, membunuh anak kecil dan membangun rumah; bukan atas kehendak dirinya, tapi semata-mata kehendak Tuhan) // Hilangnya ego diri semata-mata semua atas kehendak Tuhan-nya manusia // yang mempunyai sifat duapuluh / Wujud Qidam baqa // Mukhalafatuhu lilhawadits  yang berbeda dengan // segala ciptaanya yang bermakna sebagai barang baru.

3.


Kodrat iradat jumenengnya elmi // kayan samak basar lan kadiran // muridan ngaliman kehe // dwidasa cacah kaglung // rumaket ing bumi lestari // tegese wujud mutlak // dadya dzat ranipun// tan wiwitan tan wekasan//nora sangkan nora paran ngenalyakin // ing tekad sipattolah.

Qudrat (Maha Kuasa) Iradat (Berkehendak/bekemauan) dan Maha mengetahui // Hayat – Maha Hidup) Sama’ – Maha mendengar; Basar – Maha Melihat; Qadiran – Berkuasa; Muridan – Maha Menentukan; ‘Aliman – Maha Mengetahui; // yang telah mengetahui dan menguasai sifat dua puluh ini maka ia telah menyatu dengan Tuhan sehingga hilanglah diri hanya Tuhan yang ada // Arti dari wujud mutlak // adalah disebut Dzat Tuhan // Tiada awal dan tiada akhir // Tidak berarah dan tidak bertempat, harus dengan ‘Ainal yaqin // dalam memahami sifat Allah ini.

4.


Seh Sitibang manganggep Hyang Niddhi // wujud nora kang katon satmata // sarupa yayah dheweke // sipat-sipat mausup // lir wujudnya bleger tar kaksi // warnarda tarpa ceda // mulus alus lurus // kang nyata tan wujud dora // lirnya kidam dhihin jumeneng tan kari // saking pribadinipun.

Syeikh Sitibang (Siti Jenar) beranggapan bahwa Hanya Tuhan yang tetap ada // Ujudnya Dzat-Nya sangat Nyata namun tidak tidak bisa dilihat mata // Yang ada pada-Nya bagaikan sketsa kehidupan // yang bentuk dan rupanya tidak ada yang tercela // mulus halus dan lurus // itulah ujud yang nyata bukan kepalsuan // Arti sifat Qidam bahwa Dia adalah awal dari segala yang ada dan dia paling dahulu // segala yang ada berasal dari Dia.

5.


Basa baka langgeng tampantawis // nora rumaket lara kapenak // jumeneng neng kana kene // tan ikut nora iku / mokallapah lilkawadisi // pradikane prabeda // lan sakehe wujud // barang anyar gumelar ing rat // nyulayani sipat kahanan dumadi // jroning bumi akasa.

Baqa adalah yang kekal tanpa batas // tidak tersentuh sakit dan enak // Adanya di setiap yang ada // tapi tidak berada di setiap yang ada // Mukhalafatuhu lilhawadits // artinya berbeda // dengan wujud // yang berupa sesuatu yang baru yang digelar di seluruh Jagad Raya // Dan sifat-Nya pun berbeda dengan sifat segala yang ada // baik di bumi dan di angkasa.

6.


Tembung kodrat kapasang pribadi // nora ana kang mirib kang madha // tur buda datanpa prabot // ngadam praptaning wujud // jaba jero sebab sawiji // iradat tegesira // karsa tanpa ngrembug // elmu kawruhing kahanan // ingkang pisah saking pancadriya tebih // ngungkuli punglu tinggar.

Sifat Qudrat yaitu Maha Kuasanya hanya Dia yang memiliki // Dan kekuasaannya tidak ada yang mirip apalagi menyamai // dan dalam menjalankan kekuasaannya tanpa menggunakan alat // dari yang belum dicipta sampai yang sudah maujud // kodrat lahir dan batin sama saja // Iradat artinya // Berkehendak tanpa meminta pertibangan // Ilmu artinya Maha Mengetahui atas segala sesuatu // Segala sesuatu yang tidak terjangkau pancaindra pun Dia mengetahui.// Lebih cepat dari kecepatan peluru cepatnya Dia mengetahui.

7.


Kayad urip sarana pribadi // tes-tinetes kayunya pribadya // uripe nora nganggo roh // tan melu lara ngelu // sirna bungah susah norapi // jumeneng sakarsa-karsa // yeku kayad kayun / Seh Siti Jenar waskitha // tertela trang waskitheng  jalma linuwih // marga ngaku Pangeran.

Hayat; Dia-lah Yang Maha Hidup // Segala yang hidup berasal dari Daya hidup-Nya // dan Daya hidup-Nya tidak menggunakan Ruh // Dan Maha Hidupnya tidak terkena sakit dan pusing // Dan tidak terkena senang dan susah// Maha hidup-nya sekehendak-Nya // yaitu sumber dari segala yang hidup // Syeikh Siti Jenar sangat memahami sifat dua puluh Tuhan // terlihat dari waskita-nya dan dia adalah manusia yang mempunyai kelebihan // Dan dia telah paham bahwa yang ada di dalam dirinya semuanya adalah Sifat Tuhan (dan  dia merasa bahwa sifat dirinya tidak ada   yang yang ada hanya Sifat Tuhan).

8.


Salat limang wektu puji dhikir // prastaweng tyas karsanya pribadya // bener luput tampa dhewe// sadarpa gung tertamtu // badan alus kang munah karti // ngendi ana Hyang Suksma // kajaba mung ingsun // mider donya cakrawala // luhur langit sapta jro bumi tan panggih // wujudnya dat kang mulya.

Shalat lima waktu memuji dan berdzikir // Persaan hati itu kehendak pribadi // benar salah diri yang menerimanya // karena belum memahaminya // bahwa badan halus (Tuhanlah)  yang menggerakannya // Tidak ada Hyang Sukma (Tuhan) // selain hanya Ingsun (Tuhan) // Walau dicari dalam luasnya dunia // di tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi  tidak bakalan ketemu // wujud dari Dzat Yang Maha Mulia.

9.


Ngendi-endi kabeh sepa-sepi // ngalor-ngidul ngulon ngetan tengah // kana-kene mung neng kene // kena wujudku dudu // anging jroku awang uwung sunyi // isi daging jrowan // rereged dalemku // dudu jantung dudu utak // ingsun ingkang pisah lir culing jemparing // Mekkah Madinah kambah.

Di manapun tempatnya, semuanya sepi / Ke utara, selatan – barat – timur dan tengah // di sana di sini ternyata di sini // tapi bukan di wujud diri // karena wujud diri itu kosong dan sunyi // berisi daging dan isi perut // hanya kotoran di dalam tubuhku // bukan jantung bukan otak // Ingsun (Tuhan)  adalah yang terpisah bagaikan sekali  lepasnya panah // Mekah Madinah didatangi.

10.


Dudu budi angen-angen ati // beneh eling pikir  beneh niyat // hawa barat napas dene // suwung  lan wang wung dudu // wandaningsun jisim kawadis // tan wun dadya Gusthika // bosok mawor lebu // napasku mindraweng jagad // Bumi geni banyu angin mulih asli // yeka anyar sedya.

Bukan budi bukan angan-angan hati // benar dalam ingatan, benar dalam berpikir, benar dalam niat // udara, angin, nafas adalah // kosong dan sunyi itu pun bukan // jasadku adalah jisim yang beda // tidak akan bisa menjadi Tuhan // busuk menjadi debu // nafasku memutari dunia // bumi, api, air , angin kembali ke asalnya // semuanya adalah bersifat yang baru.

11.


Wangsul ingsun dat kang muksmeng Widdhi // pangeranku sifat jalal kamal // nora karsa salat dhewe // nora arsa dhadhawuh // de wong salat pakoning budi // budi lanat musibat // tan kena kagugu // salin-salinparentahnya // menela-menele tatemeni nora dadi // tansah ngajak durjana.

Sedangkan Ruh ku akan kembali kepada Tuhan // Tuhanku yang Maha Mulia dan Maha Indah // Tidak berkehendak shalat sendiri // tidak berkehendak memerintah // karena orang shalat adalah perintah budi // budi jahat mendatangkan musibah // tidak bisa dipercaya // berganti-ganti ajakannya // tidak tetap dan tidak bisa dipercaya // dan selalu mengajak pada perbuatan durjana.

12.


Jroning salat budiku memaling // jroning dhikir budi nyidrasmara // kadhang melik amal akeh // seje datul guyubu // ingsun iki kang Mahasuci // dat maulana nyata // kang layu kayapu // tur nora kinaya ngapa // mila Siti Jenar budi nuksmeng Widdhi // ngrusak gama Mustapa.

Ketika shalat budiku berpaling // ketika berdzikir budiku mengingkari // kadang hanya sebatas hanya ingin beramal banyak saja // beda dengan Dzat yang Maha Ghaib // Tuhan Yang Maha Suci // Dzat yang Maha Nyata // Yang tidak bisa mati seperti diriku // dan tidak bisa dijangkau pikiran // Sehinga kalbu Siti jenar sebagai singgasana Tuhan // berbeda dengan Agama Syariat.

13.


Datan nggugu prentahing si budi // jengkang-jengking neng masjid ting krembyah // ganjarane besuk tembe // yen katarimeng laku // sejatine nora pinanggih // neng dunya bae padha // susah samya mikul // lara sengsara tan beda / marma Siti Jenar mung ngantep siji // Gusti dat Maulana.

Tidak mengikuti perintah budi // berjungkir-jungkir di dalam masjid dengan pakaian kedodoran // pahalanya di kelak hari // itu pun jika diterima ibadahnya // padahal aslinya tidak akan mendapatkannya // karena di dunia pun semuanya sama // sama-sama mengalami derita // sakit kesengsaraan tidak ada bedanya // sehingga Siti Jenar hanya yakin pada yang Satu // Tuhan Dzat Maulaya.

14.


Kang sudibya gunardika murti // tur kang mengku sipat kalidasa// atas sabarang karsane // kuwasa murweng kawruh // ing jalal kahar jamal kamali // nirmala muka warna // yayah kawulanipun // wahyeng angga tan katara // sekti murti mumpuni salwir dumadi // mindrawa Endraloka.

Yang Maha Segalanya // Yang mempunyai sifat duapuluh // di dalam setiap Kehendak-Nya // Yang Maha Mengetahui // Maha Mulia, Maha Menentukan, Maha Indah, Maha Sempurna // sangat jelas ada-Nya // Sangat menyayangi hamba-Nya // sampai di badan walau sang hamba kadang tidak menyadarinya // Sakti, mengetahui, dan menguasai segala yang ada // bagaikan di Indraloka.

15.


Yeka ingkang den anggep Hyang Widdhi // Seh Sitibang darmastutyeng karsa / sumarah ing reh dhawuhe // Tekad jabariyah kaglung // Kadariyah wimbaning lahir // madhep mantep tur panggah // kuwat ing pangaku // kukuh kasmala nirdaya // angantepi urip prapteng layu yakin / tan mangran budi cipta.

Itulah keyakinan tentang Tuhan // yang dianut oleh Seh Sitibang, bahwa segala kehendaknya // diserahkan kepada kehendak Tuhan // Di dalah hatinya dia meyakini bahwa segala sesuatu adalah sudah kehendak Tuhan  (Jabariyah –segala sesuatu telah menjadi ketetapannya –manusia sebatas menjalankan saja )// Sedang sifat Kadariyah (Manusia berkehendak) dalam sikap lahirnya // dengan keyakinan dan juga sangat // kuat dalam keyakinannya // Teguh tak tergoyahkan // kuat keyakinannya selama hidupnya sampai kematiannya // Tidak menuhankan Pikiran dan Budi. (Catatan : Syeikh Siti jenar dalam batin mengikuti Jabariyah .. dalam lahir mengikuti Qadariyah).

16.


Ciptaning tyas Siti Jenar maksi //Wujudira den anggep Mukamad // mengku rasul sanyatane // Mukamad sipat kudus // anyar urip padha nganyari // rumaket pancandriya // sajatine gadhuh // yen wus kapundhut kang gadhah // dadi lemah bosok mumur dadi najis // paran dadya gandhulan.

Cipta dalam hati Syeikh Siti Jenar bahwa // ujudnya adalah sama saja tidak ada bedanya dengan Jasad Muhammad (sama-sama jasad manusia) // sebagai tempat segala rasa // Sedang Nabi Muhammad sendiri adalah bersifat Suci // Rasa yang baru dan selalu berganti yang baru // yang bersatu dengan Pancaindra // yang sesungguhnya hanya sebatas mempergunakan saja tidak ikut memiliki // jika telah diambil oleh yang menciptakan (Tuhan) // akan menjadi tanah, busuk dan akan menjadi najis // hal seperti itu malah yang dipertahankan.

17.


Budi pikir angen-angen eling // tunggal wujud akal keneng edan // susah bingung lali sare // budya keh nora jujur // rina wengi mangayu drengki // mrih raharjane pribadya // rusaking lyan sokur // srei wekas nrak durjana // tur gumunggung umuk temah tibeng nisthip // ngalani wandanira.

Budi. Pikiran, angan-angan dan kesadaran // yang menyatu dalam akal bisa menjadi gila // sedih, bingung, lupa dan tidur // dan kebanyakan tidak jujur // siang malam mempunyai sifat dengki // agar hanya dirinya yang senang // kesengsaraan orang lain justru yang diharapkan // Serakah dan bersifat durjana // suka disanjung, membanggakan diri yang akhirnya malah salah // justru akan membuat rusaknya raga.

18.


Getun yen wus tumiba ing dhiri // seje dat wajibul mulyaning rat // mulyaning budaya kabeh // wandaning jalma amung // ana wujud karsa sawiji // iku bae tan bisa // ngakoni sadhawuh // roro maneh kuwawaa // lah ta endi pisahe dat lawan budi // supaya janma nrima.

Menyesal bila telah menimpa diri // Beda dengan Dzat Wajibul Wujud // Maha Mulia atas segalanya // sedangkan jasad makhluk hanyalah // hanya wujud rasa saja // itu saja tidak bisa // menjalankan semua perintah // apalagi jika dua tidak akan mampu melaksanakannya // dimanakah terpisahnya badan dengan budi // agar manusai bisa bertawakal.

19.


Seh Lemahbang rumaket jatining // eneng sirnaning antaya mulya // dat kadimah budayane // dalilnya ramahetu // sah manganil kahub lirneki // uculing jemparing plas // gendewane embuh // srengat tarekat kakekat // myang makripat palastha tanpa kang budi // dat tajalining wanda.

Syeikh Lemahbang sangat memahami inti  // ketenangan setelah hilangnya kemuliaan diri oleh kemuliaan Dzat yang Maha Kekal // hukumnya memang tidak nampak nyata baaikan // larinya anak panah yang lepas dari // busurnya,, entah ke mana // Syari’at, tariqat, Hakiqat // dan juga ma’rifat akan mati tanpa adanya budi // sebagai pedoman dari badan.

20.


Lapal Allah tanpa warna kaki // sajatine bingung embuh nyata // anulya jumeneng wit bingong //dadya musamanipun // jati asma neng kalmisani // yantayumin kaolina // cukul reh pamuwus // Muhammadun Rasulullah // wujud kapir sipat jisim bosok mimir // mumur dadya bantala.

Lafal Allah tanpa warna wahai anaku // Sebenarnya Dzat-nya sangat membingungkan // karena telah ada begitu saja // sebutan seperti yang telah berlaku // tumbuh bersama dengan ucapan // Muhammad Rasulullah // jika sebatas ucapan maka itu ujud kafir bersifat jasad busuk yang hancur // lebur menjati tanah.

21.


Seje kita mukmeng dat linuwih // kang sadarpa sakti dibyeng laya // midraweng rat Pangraningong // murba masesa ulun // sipat wahadaniyat sawiji // Esa langgeng ngembara // angungkuli punglu // dudu budi dudu nyawa // dudu urip tanpa sangkan saking pundi // tanpa paran ing sedya.

Beda dengan kita yang meyakini Dzat Yang Maha segalanya // Yang Maha Kuat tidak kekal selamanya // Menguasai segala dunia itulah Tuhan-ku // Yang mengusai segala jiwa dan ragaku // Yang mempunyai sifat Wahdaniyah artinya Yang satu // Tunngal selama-lamanya // tunggalnya melebihi bulatnya peluru // bukan budi bukan nyawa // bukan hidup  dan Dia adalah Yang Awal // dan Yang akhir.

22.


Dadya sejati yayah wujud mami // tan rekasa kodarat warnanira // mlaya saparan-parane // nora nglak nora lesu // tanpa lara lapa myang ngelih // gunardi karjeng kara // adreng cipta luluh // lebdane saking jiwangga // tan ketara wahywanya nora nglabeti // pangya wus aneng kana.

Jadilah inti dalam wujud diri // sangatlah mudah atas kodratnya // yang mempu pergi kemanapun juga // tidak  merasa haus ataupun lelah // tidak merasa sakit ataupun lapar // jika muncul suatu keinginan // bergerak cepat bersama cipta // yang keluar dari jiwa // tidak terasa dan tidak membekas // dalam sekejap telah sampai di tujuannya.

23.


Siti Jenar pamengkuning urip // aneng donya  punika pralaya // nyipta rinten ratri maot // purwaning kuna idhup // ngunandika Pangeran Sitibrit // ngungun rumaket pejah // kyeh nraka kerasuk // lara lapa adhem panas // putek bingung risi susah jroning pati // seje urip kang mulya.

Siti Jenar telah memahami hakikat hidup // dunia adalah alam kematian // siang dan malam adalah alam kematian // awal sebelumnya adalah dari hidup // berkatalah Pangeran Sitibrit // heran berada di alam kematian // bagaikan berada di dalam neraka // sakit terasa panas dingin // pikiran buntu, binging, tidak enak, susah didalam alam kematian// beda dengan hidup yang sebenarnya.

24.


Indhup mulya jumeneng pribadi // nora lelantaran banyu bapa // sabarang karsane dhewe // tan asal angin bayu // bumi geni kabeh kawadis // alaming karusakan // kyeh siksa tinemu // Allah jumeneng sipat anyar // gothak-athik ngetutken panggawe silib. Durjananign Agama.

Hidup bahagia sekehendak pribadi // tidak berasal dari air sang ayah// segalanya terserah sekehendak hati // tidak berasal dari angin dan air // tanah api semuanya adalah baru // alam tempatnya yang bisa rusak // dan segala siksa ada // Jika Allah dianggap bersifat baru // maka akan diada-adakan dan mengerjakan hal yang salah // itu adalah perampok Agama.

25.


Punggung mudha wong kadhadhung budi // cipta iblis lanat pikir setan // angen-angen jaba gedhe // nenuntun maring dudu // wong katiban naraka api // saka panggendheng driya // ngraket catur  nepsu // ireng abang kuning seta // pira-pira maleksa  makethi-kethi // rumasuk mring jiwangga.

Jiwa yang kerdil banyak yang tertipu budi // Cipta iblis laknat pikiran setan // Angan-angan-angannya mengajak kepada // perbuatan yang meyeleweng // Manusia yang masuk ke dalam neraka // karena mengikuti ajakan pancaindra // yang dipengaruhi oleh empat nafsu / Hitam nafsu luawamah, merah nafsu amarah, kuning nafsu sufiayah dan putih nafsu mutmainah // jumlahnya termat banyak beribu-ribu bahkan berjuta-juta // yang merasuki jiwa.

26.


Getun temen uripku ing  nguni // tetep sukci tan kacakrabawa // nora arah nora enggon // ireng bang putih embuh // iji biru dadu myang kuning // kapan sun bali marang // uripku rumuhun // wahyeng pati madyapada // kok mangkono rasane wong darbe pati // wong mengku kayad anyar.

Menyesalu hidup sebelum lahir ke dunia // tetap suci tidak terpengaruh apa-apa // di alam sebelumnya tidak mengenal arah dan tidak mengnela tempat // hitam merah putih belum ada // dan juga biru dadu dan semu kunging // kapankah saya akan kembali seperti // hidupku dimasa itu // ketika hidup di alam kematian yang berupa dunia // seperti inilah rasanya hidup di dunia merasakan alam kematian// bagi semua orang yang mendapatkan kehidupan baru di dunia.

27.


Kayun anyar kodrat iradati // elmu samak basar myang aliman // ngrekasa temen rasane // panca pranawa kudus // kabeh wandaningsun sekalir // jro jaba ora ana // kang ginawa mantuk // kanggo uripku neng kana // datan kena kabeh iki wujud najis // jember tur dadya wisa.

Di dalam kehidupan yang baru di dunia ini harus menerima kodrat dan iradat Tuhan // ilmu mendengar melihat dan juga berbicara // sangat menyiksa rasanya // Lima panca indra suci // semuanya berada pada raga saya // yang bersifat lahir maupun batin semuanya tidak ada // yang akan dibawa ketika meningalkan dunia // sebagai bekal hidup di alam selnjutnya // semuanya tidak ada yang bisa dibawa karena semuanya berujud najis // kotor dan hanya sebagai bisa.

28.


Rupa-rupa gumelar jroning pati // pati donya ngraket pancadriya // nganggo kayad kayun kiye // cacah sipat rong puluh // meh kapencut dereng sun mati / panasaran mayuta // swarga naraka gunggung // kabeh iku kena rusak // wujud bathang reged arus amis bacin // cocok daliling Kur’an.

Bermacam-macam keadan di alam kematian // dunia kematian lekat dengan pancaindra // mempergunakan daya kehidupan // berupa sifat dua puuh // hampir saja saya ingin mendapatkannya sebelum meninggal dunia // beserta berjuta-juta rasa penasaran // yang berada di dalam surga dan neraka// semuanya itu bisa rusak // berujud bangkai kotor berbau busuk // tepat sekali dalil dalam al-Qur’an.

29.


Wahama ngamaluje patuni // gumlaring alam donya gusthika // lah bener temen maknane // mayid pating bilulung // ngetan ngulon angupaya duwit// busana wastra mulya // sesatya mas mancur // datan wruh kabeh gusthika // nunggang kreta siyas bondhi iku mayid // prandene ambeg siya.

Bahwa digelarnya alam dunia ini // oleh Tuhan // memang sangat tepat maknanya // berisi mayat yang kebingungan // ke timur ke barat mencari uang dan // baju makanan dan segala perhiasan // intan mas permata // sehingga lupa kepada Tuhan-Nya // dan tidak sadar bahwa sedang naik kereta mayat sebagai mayat // tandanya adalah berbuat sia-sia.

30.


Wong den seba ngedhangkrang neng kursi // sugih bandha wismadi rinengga // bungah temen panganggepe // apa ta nora weruh // barang gumelar donya sekalir // yun pulastha wong kisma // prandene gumunggung // ojo wlas temen sun padha // nora weruh ciri yen wandana mayit // de harda kumawawa.

Orang yang menduduki kursi jabatan // kaya harta dan rumah megah // teramat bahagi anggapannya // apakah tidak tau // bahwa segala yang ada di dunia // ketika matinya hanya sendiri tanpa itu semua // akan tetapi kebanyakan manusia tetap berlaku sombng // sungguh saya sangat prihatin // bahwa mereka tidak memahami tubuhnya hanyalah mayat belaka // akan tetapi mengapa mereka mereka sangat membanggakan dirinya sendiri.

31.


Drenging cipta Jeng Pangeran Sitibrit // kayun kayad mampir raganira // nyipta kesasar parane // donya neraka agung // mengku pancandriya kawadis // lumyat gumlar ing jagad // surya surup-surup / wulan isining donyarja // rajabrana dadya panggodhaning pati // marma tekad pulastha.

Dorongan perasaan Pangeran Sitibrit // Air kehidupan merasuki raga mereka // jangan sampai ciptanya tersesat // sama halnya hidup di neraka yang berupa dunia // karena jiwanya dikuasai pancaindra yag menyesatkan // sehingga tidak akan bisa menikmati gemerlap dunia // yang disinari matahari dan bulan serta gemerlap dunia // yang berupa harta kekayaan sebagai penggoda pada kematiannya // yang akan menysetkan ketika ajalnya